Rabu, 25 Desember 2013

Surgapun Kalah Tinggi

    
   Tatkala pagi menjelang, seolah mata ditelanjangi dari gelapnya, seolah nyawa tak lagi dilucuti oleh hening malam, seolah raga kembali mampu merasa, suara lembut itu selalu mampu tuk sadarkanku dari lelap tidur sejak malam tadi. Lantunan Al Qur'an terdengar nyaring memecah keheningan subuh. Terasa damai, tentram, dan hati bergetar tersadarkan untuk bergegas memenuhi panggilan-Nya di subuh itu. 
Betapa rindunya aku akan lantunan Al Qur'an yang bangunkanku setiap subuh, merindukan tangan yang selalu aku cium usai sembahyang, merindukan belaian tangan hangat yang mampu usir dinginnya pilu.
Kasih ibu memang tiada tandingannya. Sembilan bulan bukanlah waktu yang sebentar untuk menggendongku dalam perutnya, sembilan bulan bukanlah waktu yang sebentar untuknya merawatku dan berbagi nutrisi denganku, sembilan bulan bukanlah waktu yang sebentar untuknya  terbebani olehku, namun ketulusan dari hati yang luar biasa Allah ciptakan mampu mengelakkan segala kepenatan seorang ibu saat mengandung. Cinta kasih yang amat dahsyat yang Allah anugerahkan mampu mengalahkan beban yang dirasakan oleh seorang ibu yang mengandung.
Betapa kasihnya tak mengharap balas jasa, kasih yang tak ternilai harganya, kasih yang takkan mampu aku membayarnya, kasih yang tak lengkang oleh waktu. Nyawapun akan dipertaruhkannya, jiwa dan raga selalu tercurah tak kenal lelah, kasih sayangnya mampu mengalahkan rasa sakit yang luar biasa ketika dia mau perkenalkanku pada dunia.
Betapa berdosanya diri ini tatkala kata menyakitinya, tatkala laku membuatnya menangis, tatkala diri membuatnya kecewa. Tak sedikitpun aku ingin air matanya menetes sia-sia, tak sedikitpun aku menggoreskan luka di hatinya walaupun hanya setitik.
Tanpanya aku tak ada, tanpanya aku bukan apa-apa, tanpanya takkan ada nyawa bersemayam dalam diri ini. Betapa Allah menciptakan makhluk yang begitu istimewa, ketulusannya adalah berkah untukku, kasih sayangnya adalah nyawa bagiku, dan kehadirannya adalah anugerah bagiku. Maha suci Allah yang meletakkan surga di telapak kaki ibu. Betapa kemuliaan seorang ibu mampu menandingi tingginya surga yang bahkan tak sampai semata kaki ibu, hanya pada telapak kakinya. Sungguh hati ini mencintainya karena Allah yang telah menciptakannya. 

"Apa yang ada di dunia ini yang tak ternilai harganya? | Kasih ibu, bahkan surgapun kalah tinggi, tak sampai se-mata kaki. :)."
-Fauzianrifqi-

Sabtu, 21 Desember 2013

Aku dan Simfoni Bisu

Tatkala aku termenung, tak tahu apa yang harus kuperbuat, seolah detik, menit, jam, hari, bulan, bahkan tahun melambaikan tangannya, berlalu begitu saja. Padahal hati masih rindu, namun waktu tak kenal rindu, lambaian tangannya mungkin hal terakhir yang terlihat, tanpa memalingkan wajahnya. Ya benar! Waktu tak kenal rindu, karena itu dia takkan kembali.
Tatkala hati rindu akan waktu, tatkala hati ingin slalu bermesraan dengan waktu, tatkala hati ingin waktu selalu berarti, maka hanya kenangan yang tertinggal oleh waktu, tersimpan dalam laci ingatan yang kadang usang dan terlupakan.
Gajah mati tinggalkan gading, singa mati tinggalkan belang, waktu pergi tinggalkan kenangan bersama pemikiran besar yang tersimpan rapi namun fana, ikut tenggelam bersama raga yang takkan lagi mampu tuk rindukan waktu.
Aku takkan rela jika setiap kenangan, ide, pemikiran, serta perasaan yang tersimpan rapi dalam laci ingatanku ikut mati bersama raga yang fana ini.
Oleh karena itu, simfoni bisu menjadi saksi, simfoni tak bernada menjadi kemesraanku bersama waktu kala raga takkan mampu lagi rindukan waktu.
Bagiku, tulisan adalah simfoni bisu, tak dapat didengar namun indah dirasa. Dinamika kata layaknya nada yang terangkai syahdu, dinamis, sampaikan pekik pesan dari cakrawala pemikiran yang melanglangbuana mengarungi panggung megah orkestra kehidupan. Hingga jasad sudah tak nampak lagi, hingga akal tak dapat lagi bergaung, namun cakrawala pemikiran akan tetap bernyawa, mengalun indah bersama simfoni bisu.
Selagi kaki masih bisa melangkah, selagi tangan masih bisa berbuat, selagi mata masih bisa melihat banyak hal, selagi telinga masih bisa mendengar, dan selagi visi masih tak bertepi, akan kutapaki setiap jejak kehidupan nyata, akan kulihat banyak hal, akan kusimpan dalam sebuah laci ingatan, tertuang dalam simfoni bisu, penuhi coretan indah dalam kertas kosong kehidupan. Hingga suatu saat nanti raga tak disinggahi nyawa, namun pemikiran ini akan tetap hidup tertuang untuk diambil kebaikan darinya.

"Gajah mati tinggalkan gading, harimau mati tinggalkan belang, manusia mati tinggalkan pemikiran dan mimpi besar yang tetap hidup."

-fauzianrifqi-

Rabu, 11 Desember 2013

Ujung Pedang

"Demi masa. Sesungguhnya manusia ada dalam keadaan merugi. Melainkan orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, dan saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran" (Q.S Al Asr : 1-3)

Tanpa kita sadari diri kita tersayat-sayat, teriris-iris bahkan terpotong-potong saat kita lupa bahwa waktu takkan menghentikan langkahnya.
Terbuai dengan nikmat duniawi, terhasut dengan pandangan semu, terayu dengan lambaian dunia yang fana, mengalihkan perhatian kita, sehingga kita lupa ada pedang tajam yang siap terhunus menebas leher kita setiap saat tanpa kita tahu kapan dan tanpa kita sadari.
Kita benar-benar dalam keadaan merugi, waktu terus berkurang tanpa kenal toleransi, waktu takkan menolehkan wajahnya tinggalkan ratapan sesal yang tak ada artinya.
Waktu terlalu berharga jika kita hanya biarkan berlalu tanpa ada arti di setiap guliran lenyapnya waktu, waktu terlalu berharga untuk hanya sekedar dihiraukan tanpa menggoreskan manfaat disetiap hilangnya waktu.

"Layaknya ujung pedang tajam yang terhunus ke leher yang siap tertebas kapanpun, itulah waktu" -Fauzianrifqi-

Senin, 09 Desember 2013

Kabut

Senin, 9 Desember 2013. Gerimis menyirami Semarang malam ini seperti malam-malam biasanya. Cukup melelahkan juga praktikum bebas anatomi hari ini, selain materi yang sulit, stres mental besok ujian iden anatomi juga menambah rasa lelah malam ini. 21.00 WIB akhirnya aku memutuskan untuk pulang karena lelag. Kulihat di luar laboratorium, tak seperti biasanya malam ini berkabut, tak setipis fascia scarpa, cukup tebal seperti fascia camper hingga aku harus menggunakan lampu jarak jauh pada motorku. Ku pacu 'si hitam nan tangguh' kesayanganku perlahan agar dingin tak terlalu menusuk, tapi tetap saja udara dingin sangat tak bersahabat malam itu, seolah aku ditelanjangi dari jaket tebal yang aku kenakan, dingin sekali.
Dikala kabut menyelimuti malam, udara dingin yang tak bersahabat, jalanan sepi layaknya rumah tak bertuan, kubayangkan seperti hati yang seolah jauh dari yang menganugerahkan perasaan. Gelap, semu, dingin, hampa tak dapat merasa. Terkadang aku pun berada dlm posisi itu saat aku lupa ada Yang Maha membolak-balikan hati, lupa merayu pada Yang Maha Besar yang memainkan benang kendalinya pada hati ini. Saat hati terasa jauh, layaknya aku memutuskan benang-benang kendali itu hingga hati ini terombang-ambing tanpa kendali. Dingin, hampa, gelap, terasa jauh dari dekapan hangat kasih Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Satu minggu kemarin entah kenapa aku terlalu lalai sebagai seorang hamba yang patutnya memuja pada Sang Maha Kuasa, hati terasa hampa, dingin, kosong, takut, hingga perasaan buruk sangka sering menerka jiwa. Hari ini aku tersadarkan oleh kabut yang Allah hadirkan selimuti malam ini, seolah diperlihatkan sebuah analogi keadaan hingga aku menyadari hatiku seperti keadaan malam yang dingin berkabut malam ini. "Astagfirullah" sambil ku elus dada, hari kemarin seolah aku tak mengenal diriku sendiri. Mulai kuikatkan lagi benang yang telah banyak terputus di hati ini untuk terhubung kembali pada Sang Pengendali hati. Sungguh Allah Maha pemberi petunjuk, pemberi signal yang harus kita fahami, bukan saja hanya dilihat tapi dimaknai. Sungguh banyak sekali petunjuk dan signal yang Allah tunjukan, tinggal bagaimana kita untuk mau memahaminya.

Wallahua'lam bisawab.

Senin, 25 November 2013

Hal Yang tak Asing

Dalam perjalanan kehidupan sudah tak asing lagi yang namanya keberhasilan dan kegagalan. Sudah seperti 2 mata koin yang berdampingan, kalau bukan keberhasilan berarti kegagalan. Setiap orang sudah akrab dengan kedua hal tersebut, terkadang bahkan terpaksa bermesraan dengan salah satu dari keberhasilan atau kegagalan.
Orang pernah berhasil, orang pernah gagal, tapi yang terpenting adalah bukan pada saat kita mendapat keberhasilan atau kegagalan itu.
Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi setelah datangnya keberhasilan dan kegagalan itu. Apakah langkah kita akan terhenti pada  rasa puas akan sebuah keberhasilan? Atau kita mensyukuri rasa puas itu kemudian melanjutkan langkah untuk menjemput keberhasilan-keberhasilan yang lainnya.
Apakah kita akan menghentikan langkah kita pada sebuah ratapan kegagalan? Atau memampukan diri untuk merubah kegagalan itu menjadi sebuah keberhasilan yang diharapkan.
Seringnya, rasa puas yang terlalu dini membuat pandangan yang tadinya menatap jauh, terlena hingga meredup. Rasa kecewa dan tak menerima kegagalan juga sering kali membuai diri hanya untuk meratap hingga rasa percaya diri dan daya juang meredup seolah mimpi telah menjadi beraian mutiara yang hancur dan tak bernilai.
Padahal Allah memberikan kapasitas diri pada manusia tak terduga bahkan tak terbatas dan bisa terus dikembangkan, anugerah tersebut tak sepadan jika terhenti hanya pada sebuah rasa puas yang imatur, atau terhenti pada ratapan kegagalan. Anugerah Allah tersebut seharusnya disyukuri dengan cara mengoptimalkannya, meraih keberhasilan-keberhasilan yang lain atau merubah kegagalan menjadi keberhasilan. Ketika kita menyerah dengan keadaan, ketika hati ragu pada diri, di sana lah letak rasa syukur yang amat rendah, di sana lah letak daya jelajah dan daya juang yang amat rendah.
Oleh karena itu, syukuri anugerah Allah berupa kapasitas diri dengan melangkahkan diri pada jalan yang tak ada batasnya, yang hanya Allah yang tau kapan batasnya.

Wallahu'alam bissawab.

never stop fighting


Mengenali diri sebagai manusia, mengenali diri sebagai insan yang bernyawa, mengenali diri sebagai suatu organisme yang tersusun dari susunan molekul yang Allah susun sedemikian rupa, serta mengenali diri sebagai seorang insan yang Allah anugerahkan pikiran untuk senantiasa beriman kepada-Nya tanpa sedikit keraguan, semua itu penting untuk kita lakukan agar kita tahu kemana kita akan membawa diri kita, agar kita tahu jalan mana yang harus kita lalui, dan bagai aliran air kita akan tahu kemana kita akan bermuara.
Oleh karena itu, penting sekali kita memaknai dari mana kita berasal, dan kemana kita akan kembali.
Berbicara tentang mengenali diri, perlu kita kenal kapasitas diri kita, perlu sekali kita mengenal kelebihan apa yang kita punya pada diri kita dan kekurangan apa yang kita punya, dengan begitu kita dapat menentukan langkah apa yang akan diambil untuk menjalani proses peningkatan kapasitas diri.
Mengapa kapasitas harus kita tingkatkan? yaitu untuk mensyukuri bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya, untuk mensyukuri bahwa Allah telah memberikan drajat tertinggi pada manusia diantara makhluk-makhluk lainnya, untuk mensyukuri bahwa Allah menciptakan kapasitas diri manusia yang dapat berkembang tanpa kita ketahui batasnya, dan yang terpenting adalah karena kita takkan pernah berhenti berjuang mulai dari saat kita bukan apa-apa hingga kembali lagi  menjadi bukan apa-apa.
Bayangkan! ketika awal mula akan terciptanya manusia pada teori embriologi, mulai dari yang namanya fertilisasi atau bertemunya sperma dengan ovum, tidak se simple mereka bertemu lalu jadilah kita. Tapi disana ada berbagai rangkaian proses dan pengaturan yang jika kita betul - betul hayati, ada tanda dan kebesaran Allah di sana. Manusia tercipta dari mani yang di dalamnya terdapat berjuta-juta sel sperma yang siap untuk membuahi ovum, tapi tak semuanya sperma dapat membuahi ovum. Jutaan sperma berbondong-bondong bergerak menuju ovum yang siap dibuahi, bersaing dan berusaha bertahan dari keasaman cervix uterus (leher rahim) yang mematikan bagi sperma, di sinilah terjadi seleksi alam yang nyata, disinilah terjadi pengaturan kebesaran Allah yang nyata, bahwasanya bibit sperma yang terbaik yang dapat bertahan melewati semua itu. Hanya dari proses awal saja sudah terbukti bahwa Allah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya.

"Demi buah tin dan zaitun. Demi bukit Sinai dan kota mekkah yang aman. Sesungguhnya manusia diciptakan dalam bentuk yang baik" (Q.S At Tiin : 1-4)

Walaupun berbeda negara, berbeda bangsa, berbeda status sosial, berbeda fisik, bahkan berbeda kasta, tapi Allah menciptakan manusia itu sama, yaitu dalam keadaan yang sebaik-baiknya keadaan. Penilaian manusia lah yang membuat kita semua terlihat berbeda, karena apa terlihat berbeda? Karena harta? kekuasaan? kasta? Cantik? Ganteng? Semua itu hanyalah penilaian manusia yang sungguh itu fana adanya, manusia hanya menilai dengan ketidaktahuannya.
Dengan demikian, sudah dapat dipastikan dan sekarang kita harus sadar serta menanamkan pada mindset kita bahwa manusia semua Allah ciptakan dalam keadaan baik, oleh karena itu takkan ada sedikitpun celah di hati kita untuk sesuatu yang dinamakan "sombong", takkan ada lagi di mind set kita "aku lebih baik daripada dia" yang ada adalah "yuk kita saling melengkapi dengan segala kekurangan dan kelebihan kita untuk berjalan beriringan untuk menggapai cinta-Nya".
Dengan potensi yang Allah anugerahkan, menjadi modal untuk kita manusia yang tak henti-hentinya berjuang hingga pada suatu permuaraan atau tujuan utama, yaitu Ridho-Nya.
Setelah fertilisasi yaitu penyatuan sperma terbaik dan ovum perjuangan terus berlanjut, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan mengalami berbagai fase yang sangat rumit dengan segala keseimbangan pengaturan yang Allah lakukan sangat detel sehingga sedikit saja kesalahan bisa sangat fatal akibatnya. Kembali lagi jika kita mempelajari tumbuh kembang embrio di sana kita juga akan melihat betapa Allah itu maha besar. 
Setelah terlahir, dan manusia tumbuh dewasa, mulailah ujian datang mendera, ujian yang dihadapi semata-mata merupakan kasih sayang Allah, sebuah jalan yang Allah berikan untuk menuju ridho-Nya. Terkadang ujian hidup terasa berat, berliku-liku, hingga di suatu titik menjadikan diri berpikir paling menderita sendiri. Paadahal ujian yang Allah beri merupakan salah satu bentuk rasa cinta-Nya terhadap manusia, dan sungguh Allah memberikan ujian melainkan sesuai dengan kemampuan manusia. Takkan mungkin Allah memberikan ujian di luar batas kemampuan manusia yang diuji. Setiap ujian selalu ada jalan keluarnya, cuma terkdang manusianya sendiri yang tak mau memampukan diri untuk mencari jalan keluarnya. Sungguh beruntung manusia yang mendapatkan ujian yang amat berat, artinya kapasitas diri manusia itu sebanding dengan besarnya ujian yang Allah berikan.
Pada akhirnya, sampailah manusia pada permuaraan yang takkan ada satupun manusia yang tahu kapan dirinya sampai ke permuaraan itu, dan di permuaraan itulah manusia menghitung perbekalan apa yang telah mereka kumpulkan untuk bekal di permuaraan itu.
Ikhtiar, daya juang tinggi, serta lillahita'ala dalam menjalani segala macam yang ada di dalam hiduo ini, insyaAllah kapanpun kita sampai pada permuaraan itu kita akan selalu siap, "because we never stop to fight!".




Selasa, 12 November 2013

Anak Kecil di Pangkuanku

Seperti sabtu-sabtu biasanya bakda magrib aku pergi mengunjungi rumah dr.Hermawan untuk liqo bersama teman-teman yang lainnya. Aku merasa beruntung mempunyai kegiatan rutin yang bermanfaat di malam minggu sementara yang lain asyik pacaran di pinggir-pinggir jalan entah apa asyiknya, sedangkan aku dan teman-teman seperjuanganku juga asyik dengan berbagi ilmu. 
Sayang sekali pada hari itu mentoring sepi, teman-teman berhalangan hadir saat itu, hanya ada aku dan Radian teman satu kos ku liqo bersama Pak Wawan (panggilan akrab kami untuk dr.Hermawan). 
Kami membicarakan banyak hal saat itu, mulai dari keadaan di kampus, kuliah, organisasi, politik, hingga masalah perasaan laki-laki terhadap perempuan (sebenernya sih ini sesi curhatnya aku dan Radian hihi).
Skip saja masalah curhatan kami, karena itu masih menjadi rahasia antara ikhwan-ikhwan yang berjuang untuk terus memantaskan diri dihadapan Allah hehe.
Saat itu di rumah Pak Wawan ada seorang balita lucu nan menggemaskan, namanya Azki, anak perempuanya Pak Wawan. Azki ini anaknya pemalu dan anti-cowok, terbukti saat hari-hari sebelumnya aku dan teman-temanku datang dan respon Azki menangis dengan spontan. Wajar saja sih, seorang anak kecil melihat orang asing dan berusaha mendekat pasti merasa tidak aman dan sebagai responnya adalah menangis. 
Namun hari ini Azki tidak menangis saat Pak wawan mendudukannya di hadapan aku dan Radi saat itu, tapi tetap dia merasa kami adalah orang asing dan dia memalingkan wajahnya tanda ia merasa malu atau merasa tidak aman. Seperti halnya sepupu-sepupuku yang masih balita pasti bersikap seperti itu, sampai-sampai aku agak ragu untuk mendekati anak kecil.
"Dik coba kamu pelan-pelan samperin Azki lalu angkat dia." Suruh Pak Wawan kepadaku sambil tersenyum halus seperti biasanya.
"Beneran gak apa-apa pak? Saya takut kalau Azki nanti nangis." Jawabku Ragu.
"Ndak apa-apa dik, nanti kalau Azki nangis biar saya gendong dia, ayo coba saja." Tenangnya.
Perlahan aku menghampiri Azki, keringat dingin bercucuran khawatir Azki nangis, perlahan aku memegang kedua ketiaknya lalu berusaha memangkunya dari belakang. Ya! berhasil aku pangku, dan tanganku agak gemetar seolah aku degdegan menunggu respon darinya. Awalnya ekspresi muka Azki menunjukan bahwa dia heran dan merasa asing padaku, hampir menangis sepertinya, tapi aku berusaha mempererat pangkuanku dan menghilangkan segala keraguanku, dan memulai mengajak bicara dengan lembut.
"Hallo Azki, nama om Rifqi, Azki om gendong yaa, Azki gak takut kan.." sambil sedikit mengayun-ngayun Azki di pangkuanku. Azki masih merasa asing, akhirnya Pak Wawan menyuruhku menggendong Azki dari posisi depan menghadap langsung kearahku, lalu aku disuruh mengangkat-angkat Azki ke atas seperti bermain kapal-kapalan dengannya. Aku melakukannya "Tuiiing.. tuiiing.. Azki terbaang.." sembari senyum tulus dan hangat dariku, karena aku mulai merasa nyaman berdekatan dengan anak kecil. Akhirnya Azki tersenyum, tanda dia merasa nyaman juga denganku. Subhanallah perasaan bahagia yang terasa ini dari Allah melalui senyuman manis seorang balita yang masih tak punya dosa ini. 

"Ketulusan menciptakan kenyamanan yang seringnya terbelenggu patamorgana keraguan, dan sungguh anak tak berdosa tak terkecoh dengan patamorgana itu."  -FauzianRifqi-

Jumat, 08 November 2013

Hijrahku

       Tak ada bosannya saya menulis tentang cinta, karena bahsan ini menarik dan juga sampai saat ini saya belum sepenuhnya mengerti arti cinta yang sebenarnya, mungkin saya akan berhasil memahami arti cinta saat saya telah "pantas" memetik cinta itu. Perlu diketahui, saya punya prinsip "tidak pacaran", kedengarannya extrim ya? Tapi inilah saya, dan itu memang sebuah prinsip yang saya pegang, insyaAllah istiqomah.
Tidak munafik saya akui saya pernah pacaran, saya pernah punya yang namanya "cinta monyet", saya pernah melancarkan jurus-jurus gombalan dahsyat yang saya lontarkan kepada "cinta monyet" itu, saya juga pernah galau, menghabiskan waktu berharga untuk sekedar ngobrol yang sebenernya gak penting bersama yang bukan mukhrim saya. Astagfirullah, jika ingat ke sana merinding juga ya, betapa dosa saya menggunung saat itu, betapa waktu saya banyak terhabiskan oleh hal yang sia-sia. 
       Sedikit bercerita awal mula saya istiqomah pada prinsip "tidak pacaran" ini, seperti yang sudah saya bilang dulu saya pernah menjalin sebuah hubungan yang disebut "pacaran". Menghabiskan waktu dengan si doi, membual dengan gombalan dahsyat dari mulut yang membuai, hingga dunia serasa hanya milik berdua sampai-sampai melupakan sekitar yang begitu peduli pada diri saya tapi saya tidak mempedulikannya. Itulah fase yang pernah saya lewati, dan 2 tahun terjerumus dalam fase itu bukan waktu yang sebentar. 
       Semakin terbuai dengan indahnya "cinta" yang sesungguhnya itu semu, semakin menjauhkan diri ini dari sang penguasa hati. "Cinta" yang semu membuai diri untuk lalai mengadu pada sang illahi, "cinta" yang semu membuai diri untuk berprilaku tidak selayaknya sebagai seorang muslim, "cinta" yang semu keraskan hati, untuk sekedar mendengar nasehat sekitar pun enggan. Betapa jika dosa itu berwujud, sungguh saya malu melihat gunung raksasa yang tebentuk dari dosa itu, dan jika saja dosa itu berbau, sungguh saya malu untuk menampakkan diri karena bau yang menyengat itu. Tapi Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sungguh qodarnya selalu memiliki rencana yang begitu dahsyat indahnya. Suatu hari ketika pengumuman penerimaan murid akselerasi dan saya diterima, dan itu artinya kesibukan saya sebagai murid SMA akselerasi akan 2 kali bahkan 3 kali lipat dari siswa reguler, dan si doi mungkin menyadari hal tersebut hingga merenggangkan kedekatan kami, mulai mencari celah dari masalah yang terjadi pada hubungan kami, hingga semua hal menjadi sangat sensitif yang menyulut perselisihan antara kami, puncaknya kata "putus" pun terjadi. 
       Apakah saya galau? Ya saat itu saya dilanda virus galau akut hingga menjadi kronis, hingga saya memutuskan tidak mau lagi pacaran, tapi saat itu belum lillahi ta'ala, masih menjadi prinsip yang belum tepat, yang terbentuk hanya karena rasa sakit. Namun kembali lagi Allah menunjukan kebesaran-Nya dengan mendatangkan seorang sahabat dia seorang yang mampu mengikis perlahan rasa pedih di hati, menyusun buraian puzzle hati yang sudah berantakan, membuka mata dan telinga saya untuk mendengarkan sekitar. 
"Jika kamu tahu ketika matamu tertutup, dan ketika matamu hanya terfokus dengan sebuah lukisan indah yang sungguh itu semu, kamu tak menyadari bahwa banyak sekali lukisan indah yang nyata di sekitarmu, buka matamu kawan, lukisan-lukisan indah itu ingin merangkulmu dan ingin engkau rangkul, buka sumbatan ditelingamu karena lukisan-lukisan indah itu ingin bernyanyi untukmu. Dan lukisan yang paling indah rindu akan rayuanmu, karena sungguh saat engkau merayu pada lukisan terindah itu, hati mu akan berbalik menjadi tentram, karena Dia Yang Maha membolak-balikan hati"
Sebuah kata yang penuh makna, meluluhkan kerasnya hati saat itu, seketika merindukan untuk merayu pada sang penguasa hati. Hingga diri ini bermuhasabah, kembali merayu pada sang Illahi, dan mulailah terbentuk Prinsip yang perlahan tapi pasti terus memperkokoh diri.
        Dan sebenernya hobi nulis ini juga salah satu media saya dalam memperkokoh prinsip ini dengan menyibukan diri untuk menjadi manusia yang bermanfaat untuk sekitar, untuk menjadi manusia yang selalu berusaha menjadi lebih baik lagi, menjadi manusia yang ingin pantas di hadapan Allah.

Barrakallah, semoga sharing pengalaman saya dapat menjadi inspirasi untuk pembaca sekalian. :)

Selasa, 05 November 2013

Pertolongan Allah itu Nyata (bagian I)

"Fabiayyi alaa i rabbikumaa tukadzibaan" 
"Maka Nikmat Tuhan kamu yang mana yang kamu dustakan?"
     Sebuah firman yang Allah sampaikan dalam suatu ayat dalam Surah Ar Rahman, sebuah ayat yang sungguh membuat hati ini bergetar, meringis, malu kepada Allah karena betapa hina dan rendahnya diri ini karena rasa syukur yang kurang. Jika kubayangkan ucapan syukur yang kuucap disetiap harinya bahkan jikalau sampai mulut ini tak mampu lagi berucap, sungguh itu takkan pernah sebanding dengan segala kenikmatan yang Allah beri disetiap hari, disetiap jam, disetiap menit, bahkan disetiap detik yang sungguh luar biasa, bahkan jikalau pepohonan di dunia ini mnjadi pinsil dan samudera sebagai tintanya untuk menuliskan nikmat yang Allah beri pada kita sebagai mnusia sungguh takkan sebanding, namun terkadang kita melupkannya.
     Pernahkah kita berhitung berapa banyak volume Oksigen yang kita hirup disetiap harinya? Pernahkah kita berhitung berapa banyak energi cahaya yang Allah beri untuk menerangi saat siang hari? Pernahkah kita berhitung betapa banyak limpahan nikmat yang Allah beri disetiap harinya? Sungguh tak terhitung jumlahnya bahkan jika di "Rupiahkan" takkan sanggup seluruh negara di dunia bahkan jikalau mereka patungan untuk membayar semuanya kepada Allah.
Apakah Allah menagih bayaran untuk semuanya? Tentu TIDAK! Allah itu Ar Rahma dan Ar Rahim, Maha pengasih dan maha penyayang kepada seluruh ciptaannya tanpa terkecuali. Mensyukuri dari hal terkecil, mensyukuri mulai dari hal yang bahkan kita anggap sepele, mensyukuri sesuatu yang bahkan orang lain bilang sebuah musibah, mensyukuri segala apa yang Allah beri mau itu manis ataupun pahit. Sesungguhnya tidak ada kesia-siaan sedikitpun pada apa yang Allah anugerahkan.
     Minggu, 24 Maret 2013, hari itu adalah hari dimana aku menerima sebuah tawaran amanah untuk menjadi ketua pelaksana kegiatan rutin tahunan Gebyar Ramadhan 1434 H. Sempat ragu untuk menerimanya, karena pada saat itu aku merasa kapasitasku belum cukup mumpuni menerima amanah sebesar itu. Namun, dengan penuh pertimbangan dan saat itu tidak ada yang mau menerima amanah besar itu dan waktu pelaksanaan telah dekat, akhirnya aku menerima amanah tersebut.
"Bismillah, InsyaAllah saya akan melaksanakannya mas. Mohon bimbingannya" jawabku saat ditawari amanah oleh mas'ul ROHIS KU.
Ada yang berbeda dengan tahun lalu, kepanitian Gebyar Ramadhan tahun ini merupakan gabungan mahasiswa kedokteran dengan keperawatan serta gizi. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri dimana harus mengkoordinir mahasiswa yang memiliki kesibukan jadwal yang berbeda, sehingga pada awal kepanitian agak kewalahan juga dalam hal persiapan.
Hari berlalu, syuro demi syuro aku lewati bersama panitia inti kegiatan Gebyar Ramadhan, akhirnya susunan kegiatan sebulan kedepan telah berhasil disusun dan proposal siap untuk diajukan ke Dekanat sebagai legalitas pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan serta permohonan dana.
         Tak semudah membalikan telapak tangan dalam persiapan dan pelaksanaan kegiatan ini, ada saja ujian yang muncul menerpa kami panitia Gebyar. Mulai dari persiapan, kegiatan perdana hingga kegiatan akhir selalu dihujani ujian-ujian bagai gelombang laut di segitiga bermuda.
Mulai dari masalah dana. Dana yang biasanya besar untuk kegiatan ini seperti tahun lalu, berbeda dengan tahun ini sangat minim sekali. Mesjid Asy syiffa yang biasanya sangat mendukung kegiatan secara materil, kali ini tak sanggup mendukung karena sedang mengalami krisis dana akibat pembangunan dan rehab masjid. Dana dari BAI RSUP Kariadi yang biasanya lancar, kini mandet karena sedang masa transisi kepengurusan.
Dana dekanat juga karena aturan dan lain sebagainya hingga cair nanti setelah selesai kepengurusan organisasi ROHIS KU 2012/2013, artiya dana tersebut seolah dana khayalan yang tak kami pegang untuk persiapan acara.
         Astagfirullah, aku hanya mahasiswa berusia baru saja menginjak 18 tahun dua bulan yang lalu dan sekarang memegang amanah yang begitu besar dan seperti Mission Imposible nya milik Tom Cruis dengan berbagai pertaruhan keadaan.
Tak terasa waktu terasa cepat, mendekati acara Tarhib Ramadhan. H-7 kami panitia sama sekali belum memegang dana sepeserpun, padahal proposal sudah disebar. H-3 Allah memberikan pertolongannya melalui kemurahan hati Takmir Asy Syiffa dan BAI RSUP Kariadi yang mau memberikan bantuan untuk terlaksananya Tarhib Ramadhan, namun masih tetap kami panitia belum memegang dana sama sekali.
Tahukah kawan? hari H kami baru memegang dana bantuan untuk terlaksanya kegiatan Tarhib sebagai pembuka kegiatan-kegiatan lainnya selama bulan Ramadhan.
Dapat dibayangkan, aku sebagai ketua lari kesana-kemari mengurusi birokrasi ke Asy Syiffa lalu ke BAI untuk pencairan dana sejak H-7 hingga hari H. Tanpa pertolongan Allah aku takkan sanggup, tapi sungguh Allah maha Pengasih lagi maha Penyayang.
          Tidak sampai di situ ternyata ujian yang harus kuhadapi. Beberapa jam sebelum pelaksanaan Tarhib, kami mendapat kabar bahwa Ustadz yang seharusnya mengisi tausyiah pada hari itu terjebak macet di perjalanan. Pukulan keras bagi kami panitia pada hari itu, padahal acara telah dimulai dengan tilawah serta sambutan-sambutan dari tamu undangan, namun sang ustadz masih jauh dari tempat pelaksanaan acara. Panitia kebingungan saat itu, badanku bergetar hebat, tanganku tak henti-hentinya bergetar, sontak mukaku memerah dan keringat mulai bercucuran. Saat itu hanya istigfar sebanyak-banyaknya yang bisa aku lakukan.
acara mulai molor terlalu lama, tamu undangan mulai dari ketua takmir Asy Syiffa, Ketua BAI, dokter-dokter RSUP serta peserta yang lain mulai gelisah dan bertanya-tanya kenapa acaranya belum dimulai juga.
Berserah, pasrah, menyerahkan segala urusan pada hari itu hanya pada Allah. Aku terduduk lemas sejanak, memejamkan mata menahan air mata yang terbendung sejak tadi. "Ya Allah ridhoi apa yang hamba lakukan, sungguh tak ada tujuan lain selain mengharap ridho-Mu" batinku menangis. Tapi satu hal yang aku yakini, Allah selalu punya rencana indah di balik semua yang terjadi.
Tak lama kemudian "Hei teman-teman ustadznya sudah sampai di gerbang RS Kariadi dan siap menuju mesjid" Teriak salah satu akhwat panitia Gebyar. Langsung aku berdiri dan berlari menghampiri mobil jemputan ustadz untuk menyambutnya.
"Alhamdulillah, mari tadz sudah di tunggu jama'ah" sambutku sambil menyalami ustadznya.
Sang Ustadz hanya mengangguk dan tersenyum sambil bergegas menuju Mesjid Asy Syiffa, seolah mengerti kepanikan yang terpancar dari wajahku.
Akhirnya acara hari itu terlaksana sampai kumandang adzan magrib berkumandang tausyiah ditutup dengan do'a yang indah untuk menyambut Ramadhan yang agung pada tahun ini.


To be Continue..



Senin, 04 November 2013

Obrolan kecil

A : "jomblo a?"
B : "single, itu prinsip hehe"
A : "tapi bukannya lebih mudah cari jodoh saat masa kuliah ya a, udah kenal deket, pas lulus langsung nikah"
B : "Mainstream ah, aa gak mau salah langkah lagi seperti yg lalu-lalu seperti 'cinta monyet' dulu."
A : "Kalo sekarang kira2 ada inceran?"
B : "lebih tepatnya  sebuah rasa kagum sih, blm berani untuk dijadikan inceran, tapi hati sesikit-sedikit menyusun sebuah keyakinan, santai saja perjalanan masih panjang."
A : "si dia tau engga a kalo aa kagum ke dia?"
B : "sepertinya sih engga, toh aku gak pernah bilang"
A : "sudah sedekat apa? Sering komunikasi?"
B : "Aku sih nganggep dia sahabat dalam berbagi kebaikan, kita cukup sejalan, seringkali berbagi pemikiran-pemikiran menarik tentang suatu hal. Dlu sih waktu pertama deket cukup intens komunikasinya, tp akhir-akhir ini aku merasa perasaanku terlalu berlebih, mungkin dia juga merasakan hal yang sama, akhirnya aku memutuskan untuk agak merapatkan hijabku, untuk melindungi dia juga dari sesuatu hal yang belum pantas terjadi, cinta yang prematur takkan berhasil, masih terlalu dini bagiku juga baginya, masih sama-sama memantaskan diri. Tapi insyaAllah silaturahmi tetep terjaga kok."
A : "menurutmu dia gimana?"
B : "solehah itu yg paling membuat aa kagum, tangguh, semangat."
A : "hmmm.. Oke trus apa yg akan kamu lakukan selanjutnya?"
B : "Ketika aa siap, aku minta tolong untuk di antar ke bapanya ya pa, aku mau bicara langsung k bapanya :)"
A : "Itu baru namanya laki-laki, oke siap a nanti bapa antar, insyaAllah"
B : " :) "
A : "A, tapi sekolahmu kan lama, kalau tiba-tiba ada yang ngeduluin datang ke bapanya gimana?"
B : "....(diam lama)... :) berarti dia bukan jodohku pa, simple"
A : (tersenyum lembut, seolah mengerti ada rasa khawatir dari mataku, tapi senyuman itu berhasil membuat aku tenang)

Obrolan kecil yang menarik antara seorang anak laki-laki yang pertamakali curhat pada bapanya mengenai perempuan. Selama 18 tahun aku hidup, baru kali pertama ada obrolan kecil kepada bapa masalah seperti ini. Mungkin pertanda aku mulai dewasa hehe.

"Allah Maha Tahu apa yang hamba tak tahu, Allah punya rencana yang selalu indah ketika kita bersabar mengikhtiarkan hal indah yang Allah siapkan"
-FauzianRifqi-

Senin, 14 Oktober 2013

lentera

"Ilmu itu adalah cahaya, kebodohan adalah kegelapan". Benar sekali bahwa ilmu adalah cahaya, seolah lentera yang akan menuntun perjalanan kita di gelapnya dunia. Benar sekali dunia adalah sebuah perjalanan yang gelap, kegemerlapan dan keindahan yang semu sesatkan diri jika tak ada yang menerangi, apalagi kalau bukan ilmu. Bahkan dalam beragama pun jika tidak diiringi dengan ilmu, apalah artinya, kesia-siaan yang ada, ketersesatan yang akan terjadi karena memang kebodohan manusia yang tak mengiringi hidupnya dengan ilmu. 
Kebodohan yang dipelihara adalah kedzaliman terhadap diri sendiri, bukan hanya itu, bisa saja kebodohan yang dipelihara juga bisa menjadi kedzaliman untuk orang sekitarnya.
 

Tamparan Keras!

Tamparan keras untuk hari ini aku rasakan, bukan tamparan secara harfiah sih, cuma tamparan pada perasaan mungkin tanpa kusadari mata yang tadinya tertutup hingga terbuka. Malu sekali rasanya, merasa diri sangat tidak bersyukur. 
Hari itu hari rabu, aku diundang menghadiri acara makan-makan dalam rangka acara rapat kerja tengah tahun pengurus ROHIS Kedokteran Umum sekaligus pembubaran panitia IMSF 5.
Sore itu lumayan banyak pengurus ROHIS KU yang menghadiri acara, subhanallah cukup menggetarkan hati melihat semuanya berkumpul, sebuah pemandangan yang amat langka.
Makananpun datang, kami semua mulai untuk makan bersama dan tentu diawali dengan do'a. Setelah makan usai kumandang adzan magrib berkumandang, terlihat akh Gde Mas'ul ROHISKU telah hadir walau beliau berhalangan untuk datang dari awal. Setelah melaksanakan solat magrib, acara selanjutnya pada sore itu adalah presentasi dari akh Gde tentang perjalanan, perjuangan, kisah menarik selama kepanitian IMSF 5. Mengharukan sekali, bernostalgia tentang sebuah perjuangan kami bersama dalam melaksanakan acara nasional. Mengingat betapa beratnya, betapa banyak sekali ujiannya, betapa emosi, fisik, pemikiran kami semua diuji. Tapi kami tak pernah letih terus berjalan menapaki hari - hari yang begitu berat, sambil kami harus mengimbangi tanggungjawab kami sebagai mahasiswa. Namun, semua itu ikhlas kami jalani karena itu merupakan salah satu jihad kami membela agama Allah. Jika dipikirkan kembali, melihat acara yang begitu besarnya, yang secara akal sehat itu jauh diluar kapasitas diri kami, tapi MAHA BESAR Allah yang memampukan segalanya, yang mmungkinkan segalanya, yang memberikan kami kesempatan untuk meningkatkan kapasitas diri untuk mengimbangi acara sebesar itu, dan buktinya kami MAMPU!
hmmm bernostalgia tentang IMSF 5 selalu berhasil menggetarkan hati ini, betapa tak ada yang tak mungkin untuk Allah, satu motivasi tangguh juga saat semangatku mulai surut. Alhamdulillah.
Setelah presentasi , dilanjut pada acara nominasi mulai dari kegiatan terbaik, staf terbaik, departemen terbaik dan lain sebagainya. Yang bikin saya gak nyangka, saya mendapat predikat staf terbaik. Antara Syukur dan Istigfar, bersyukur karena saya dianggap rekan yang baik oleh teman-teman, istigfarnya memang saya sudah melakukan apa saja hingga dapet predikat itu? bukankah banyak yang lebih pantas ya? Ya Allah jauhkan hamba dari secuil saja rasa sombong karena hal kecil seperni ini, do'a ku saat maju menerima penghargaan.

Nah setelah acara ini, ini nih yang bikin hati aku sangat terenyuh malu pada diri sendiri. Sebagai penutup acara, akh Gde memberikan sambutan. Sangat kuingat hal yang disampaikan akh Gde itu "Jika berbicara tentang Islam, saya dilahirkan dikeluarga yang berbeda agama, Ayah saya hindu dan ibu saya islam, saya dibesarkan sejak kecil oleh ajaran hindu". Aku baru tahu tentang hal itu, langsung aku merasakan tamparan yang amat dahsyat pada diri, malu diri ini, melihat seorang akh Gde yang dibesarkan di lingkungan hindu dan pada akhirnya beliau mengenal islam dari ibunya dan sekarang menjadi sosok yang soleh dan patut dicontoh, sayapun banyak mencontoh hal-hal baik darinya, sedangkan saya yang dilahirkan di keluarga muslim masih kayak gini-gini aja, masih banyak nakalnya, masih banyak males belajar agama, masih belum mengenal Islam dengan sempurna, Astagfirullah malu diri ini, malu sama Allah melihat diri ini yang tak pandai bersyukur. Aku seharusnya bersyukur diberikan kesempatan lebih untuk mengenal Islam, tapi aku lalai untuk mengenalinya, aku diberi kesempatan untuk lebih tahu akan hal-hal yang baik, namun aku masih lalai untuk terus mencari tahu. Astagfiurllah, Astagfirullah, Astagfirullah.
Tamparan pada hari itu sungguh mampu membelalakan mataku untuk benar-benar terbuka. 

"Ya Allah, ridhoi hamba untuk memulai menggunakan kesempatan yang teah engkau berikan padaku sejak lama sekali, izinkanlah hamba untuk mampu memahami segala hal yang baik sesuai ajaran-Mu, Ya Allah mampukan hamba untuk melawan rasa lalaiku, untuk menetapkan hatiku berjalan menapaki jalan yang lurus, jalan yang engkau ridhoi" Aamiin.

Sungguh pelajaran berharga aku dapatkan hari itu.

Minggu, 06 Oktober 2013

Kapasitas Diri


Berbicara tentang kapasitas diri, umumnya saat orang hendak melakukan sesuatu yag besar namun ternyata tak sebesar kapasitas dirinya hingga tidak dapati melakukan hal itu, lantas mencari hal yang lebih kecil sesuai kapasitas diri. Mengapa sekarang tidak kita balik saja? Bukan hal yang ingin dilakukan mengikuti kapasitas diri TAPI kapasitas diri yang harus ditingkatkan untuk mengimbangi hal besar yang ingin dilakukan. "Hai jin dan manusia, jika kamu mampu menembus penjuru langit dan bumi, MAKA TEMBUSLAH, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan engkau dustakan?" [Ar Rahman 33-34]. Bukankah kekuatan Allah itu maha Agung, tak ada batasnya, hanya sebatas meningkatkan kemampuan manusia itu hal yang kecil, hanya saja kita manusia yang terlalu pesimis dengan keadaan. 
wallahu'alam bissawab.

Minggu, 15 September 2013

Nilai

      Sepertinya sudah menjadi hal yang terlihat sangat biasa melihat orang menyibukkan dirinya untuk tampil menawan. Berpenampilan bak pangeran atau putri, bersikap bak bangsawan, hingga mungkin berbicara bak orang-orang cerdas dengan bahasa intelek dan asing kebanggaannya. 
Semua hal duniawi dikejar untuk pencitraan diri yang menawan dan menjadi pusat perhatian manusia lainnya, semua itu tak lain untuk mengejar satu kata "nilai".
       Penilaian manusia terhadap diri kebanyakan orang merupakan hal yang sangat didamba-dambakan, merupakan kebanggan tersendiri, dan ada perasaan malu jika mendapat penilaian negatif. Secara psikologis manusia memang wajar saja memiliki perasaan seperti itu, mempunyai keinginan dinilai baik oleh orang lain.
Namun, tatkala penilaian manusia membuai diri lebih jauh hingga bagai candu yang tak terhentikan, bersiaplah hati akan mulai bermesraan dengan yang namanya GENGSI.
Bukan menjadi sebuah bualan belaka cerita-cerita mengenai remaja yang "ngambek" sampe mogok sekolah cuma gara-gara "keinginan" nya tidak dikabulkan oleh orang tuanya. Banyak sekali kasus yang terjadi misalnya siswa laki-laki yang mogok sekolah cuma gara-gara tidak dibelikan motor gede yang keren yang sedang trend saat itu, atau seorang siswi yang mogok sekolah cuma gara-gara malu sama temannya yang ternyata mempunyai pakaian yang sama persis dengannya, dan masih banyak hal lagi. Semua hal tersebut tak luput dari tujuan yang ingin di dapat yang sesungguhnya itu fana, yaitu nilai. Ingin dilihat keren oleh orang lain, ingin dilihat Wow  oleh orang lain, kebanyakan orang menjadi mendewakan "keinginan" dan bahkan hal itu sulit dibedakan dengan "kebutuhan" yang sudah jelas sangat berbeda.
        Yang lebih parahnya lagi banyak orang yang gengsi berpenampilan biasa-biasa saja tanpa dia melihat kemampuan dirinya. Akhirnya apa? Pembohongan terhadap diri sendiri yang terjadi. Dan kalau itu kronis dan makin parah sampai pada tingkat tumbuh syndrom takut berpenampilan buruk menurutnya, hingga cara apapun dilakukan untuk tampil baik, mulai dari cara yang halal hingga haram pun dilakukan karena hati yang terkungkung oleh awan mendung gelapnya duniawi. Seolah hidup ini hanya tentang mengejar prestise yang sesungguhnya itu hal yang fana.
        Padahal Rasulullah mengajarkan pada kita tentang hati yang selalu merendah dan sederhana. Sebuah hadist yang sahih pula menyampaikan "Sesungguhnya sebaik-baik orang, adalah orang yang akhlaknya paling baik diantaramu." 
Tuh sudah jelas kan? Baik atau buruk seseorang bukan dinilai dari ras, golongan, jabatan, kekayaan ataupun gaya, tapi AKHLAK nya.
Satu lagi sabda Rasulullah yang seharusnya dapat mengetuk hati para muslimin, "Khairunnas 'anfauhum linnaas" Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang memberi manfaat bagi sekitarnya. 
Bagaimana kita bisa bermanfaat? ILMU lah jawabnya, disetiap tutur, laku, pemikiran, dan tindakan semua didasari dengan ilmu. Karena ilmu adalah cahaya untuk jalan hidup yang kita tapaki, ilmu adalah pengikat hati untuk tunduk rendahkan hati. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

"Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". [QS Al Mujadillah : 11]

Dari Ayat tersebut dapat kita simpulkan bahwa sesungguhnya kriteria penilaian baik-buruk nya seseorang adalah dilihat dari akhlak dan ilmunya, dan dengan akhlak dan ilmu tersebut kita bisa menilai seberapa besar manfaat yang dapat diberikan bagi sekitarnya.
Jadi, janganlah takut pada penilaian manusia yang sesungguhnya itu tidak mutlak. Ingatlah bahwa manusia itu menilai dengan ketidaktahuannya, menilai hanya dari kulitnya saja tanpa tahu apa yang sebenarnya. Sedangkan Allah lah yang Maha Mengetahui segalanya.

Wallau'alam bisawab



Senja Datang, Akankah Pagi Menjelang

Kehidupan adalah anugerah terbesar yang Allah beri kepada manusia, kehidupan adalah kesempatan terbesar yang Allah berikan untuk manusia kembali merebut hati sang Illahi untuk berada disampingnya diakhirat nanti.
Kehidupan itu selalu berjalan maju, tidak diam, apalagi berjalan mundur. Layaknya simfoni, kehidupan mengalun dengan begitu indahnya dengan dinamika nada yang tak jarang menyentuh hati, dan Allah sebagai composser yang mengatur simfoni itu hingga penuh warna nada yang klimaksnya anti mindstream.  Berbicara tentang kehidupan, tak lupa kita bicarakan pasangan mesranya yang selalu mengiringi setiap perjalanannya, yaitu WAKTU. Waktu itu bagaikan pisau tajam yang siap menebas leher jika kita tak tepat memanfaatkannya. 

"Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian" [QS Al Asr : 1-2].

Ya, manusia memang benar-benar dalam kerugian jika kita sadari bahwa waktu itu berjalan terus tanpa toleransi sedikitpun juga tak bergulir mundur. Apakah manusia benar-benar dalam keadaan rugi? YA! sangat dalam kerugian bagi tiap-tiap insan yang bernyawa yang tak memanfaatkan tiap gulir lenyapnya waktu dengan hal yang baik.

"Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh, saling ingat-mengingatkan dalam kebaikan dan bersabar" [QS Al-Asr :3]

Sungguh terlalu berharganya waktu untuk kita sia-siakan. Saking pentingnya waktu bahkan Allah pun bersumpah atas nama waktu. masihkah kita akan sia-siakan waktu?
Dan ketika  senja tiba dan mulai lambaikan salam perpisahan, akankah kita kembali merasakan lambaian hangat mentari senja yang antarkan kita untuk menutup mata? 
Bahkan jika mentari senja datang menjemput, akankah kita bertemu dengan hangatnya senyuman mentari pagi? Siapa yang tahu? Tak ada satu orangpun yang tahu.
Oleh karena itu sudah jelas bahwa hidup adalah hari ini, bukan kemarin ataupun esok hari. Kemarin adalah catatan kehidupan yang hasilkan hari ini, esok hari adalah misteri rahasia yang Allah siapkan sebagai hasil dari hari ini atau akan menjadi awal kehidupan yang baru yang tentu akan kekal kita didalamnya.
Tak ada alasan lagi untuk kita tidak menjalani hidup dengan baik. Tiada yang tahu esok pagi kan menyambut kita lagi, ataukah senja ini menjadi salam terakhir perpisahan dari dunia untuk kita saat mata terpejam dan takkan terbuka lagi.

Wallahu'alam bisawab.



Minggu, 01 September 2013

Pemeran Utama

Jika memang itu terbaik, Allah tetapkan jalannya untuk ditapaki. Jika tidak, Allah tunjukan jalan yang lebih baik dan pasti terbaik. Manusia hanya menilai dengan ketidaktahuannya, sedangkan Allah Maha mengetahui.
Manusia hanya menerka apa yang baik baginya, manusia hanya mengira-ngira apa yang baik baginya dan belum tentu baik di hadapan Allah Yang Maha Mengetahui. Kehidupan adalah rahasia, benar-benar rahasia. Setiap manusia tidak ada yang tahu dimana dia akan dilahirkan, kemana dia akan diperjalankan, dan kapan dia akan mati dan tak ada tawar-menawar mengenai itu. Semua menjadi serangkaian kisah cerita tersendiri yang dikemas sedemikian rupa oleh Sang Sutradara agar manusia memainkan perannya, belajar dengan ketidaktahuannya.
Dan kita manusia yang dikaruniakan kehidupan, diizinkan memainkan peran, mau jadi pemeran seperti apakah diri kita? Apakah hanya memainkan peran sebagai figuran bagai laron-laron kecil yg beterbangan tanpa dihiraukan? Yang bahkan orangpun tak sadar akan keberadaannya, kehidupan yang hanya berjalan sesuai kodrat alam biasa, terasa singkat seolah lahir kemudiam tumbuh lalu mati begitu saja tanpa tinggalkan kesan dalam kisah yang telah disediakan.
Ataukah memainkan peran sebagai pemeran utama? Menjadi sorotan kamera disetiap adegan, mainkan peran dengan tinggalkan kesan mengagumkan dan menjadi inspirasi. Dan sudah pasti bahwa memainkan peran sebagai pemeran utama sangatlah berat, betapa berbagai ujian berat dalam kisah itu akan menimpa pada si pemeran utama, perjalanan hidup yang terasa begitu panjang nan terjal bagai jalan tak beraspal serta penuh lubang. Dan sudah barang tentu pendapatan si pemeran utama dengan figuran sangatlah jauh berbeda, si pemeran utama akan mendapat bayaran dengan harga sangat tinggi sedangkan figuran hanya alakadarnya.
Begitupun dengan kehidupan. Kehidupan adalah sebuah pilihan untuk dijalani. Sebuah pilihan yang akan menentukan bagaimana akhir perjalanan hidup masing-masing. Menjalani hidup alakadarnya tentu kan dapat alakadarnya, menjalani hidup dengan pnuh warna maka kita kan tau akhir yg akan didapat, sungguh kan istimewa di hadapan Allah.

Minggu, 18 Agustus 2013

Diamku, taatmu


Kala itu tak terasa kuncup bunga mulai bertumbuhan, seolah sejukan gersangnya hati. Setiap do’a, duka, bahagia menjadi sangat berarti kala itu, namun tetap tak kusadari apa sebenarnya yang sedang tumbuh dalam diri ini.
Mencoba membuka laci ingatan yang telah usang, membuat senyum kecil tak tertahan. Dahulu kala dipertemukan masih seperti lembaran-lembaran kosong yang belum terisi banyak oleh catatan kehidupan, masih sangat dini saat itu. Kamudian hari berlalu, lembaran kisah iringi perjalanan hidup, tuliskan kisah dilembaran kehidupan masing-masing, mencoretkan tinta dengan penuh warna mencari jati diri. Dan waktu itu pun tiba, raga dipertemukan kembali oleh waktu yang telah direncanakan oleh Sang Penguasa waktu. Cukup hanya sebentar saja kedua raga dipertemukan, walaupun begitu seolah hati temukan frekwensi yang sama dan terjadi resonansi yang begitu dahsyat kurasakan. 
Tahukah sahabat? Ambisinya, dewasanya, cita-cita besarnya, kelembutan tutur dan hatinya, dan taatnya pada Allah serta diri yang selalu berhijrah dijalan-Nya membuatku sangat bersyukur Allah ciptakan dia di bumi ini. Sungguh rasa kagum ini hanya untuk-Nya yang telah menciptakan keindahan yang akan membuat bidadari-bidadari surga iri melihatnya.
Jarak menjadi hijab yang sangat berarti untukku dan untuknya, jarak berikan kami kesempatan untuk terus berhijrah pantaskan diri di hadapan-Nya. Hati ini tetap berada dalam diamnya, menghijabi diri untuk tak ungkapkan rasa hingga benar-benar pantas.
Layaknya kuncup bunga yang terus tumbuh, tak selamanya tumbuh dengan mudah, selalu ada hujan, angin, dan petir yang datang menggempur dan terus mencoba goyahkan. Begitu pula dengan diamku , rasa takut selalu hadir membisikan kebisingan yang gemuruhkan hati, rasa ragu yang selalu bebani langkah ini, sebuah “perasaan” yang terkadang tumbuh berlebih yang bisikan gombalan-gombalan manis beracun ke dalam hati. Tahukah? Betapa aku menahan hati ini, betapa aku membelenggu hati ini disetiap hati ini terbuai dalam pesona bisikan syetan tentang manisnya “Cinta” yang tak sepantasnya.
        Tak terlewatkan di setiap sunyi malam kumerayu pada Sang penguasa hati yang mampu membolak-balikan hati sesuai kehendak-Nya, terlantun dalam untaian do’a setiap curahan hati yang berserah diri kagumi keindahan ciptaan-Nya. Terselip dalam setiap do’aku agar cinta dalam diam ini terjaga dalam tebalnya prinsipku juga prinsipnya. Disetiap tetes air mata dalam dekapan do’a, aku memohon tuk tetapkan hati kami berada dalam diam ini hingga kami pantas di hadapan-Nya, saling memberikan manfaat serta lengkapi coretan kisah di lembaran kehidupan dengan penuh ketaatan kepada Sang Penguasa Kehidupan, dan menjadikan semuanya menjadi “Kejutan” yang Allah rencanakan dengan begitu indahnya yang akan datang pada waktu yang tepat, dan semoga Allah sampaikan usia kami saat kami pantas.
        Kuncup bunga yang memulai dirinya untuk tumbuh akan terjaga tetap tumbuh, disirami dengan ketaatan, dipupuk dengan keteguhan hati, dan dinanti bermekaran dengan kesungguhan hati dan kesabaran.
Karena cinta yang hakiki adalah bunga yang bermekaran dengan indah, menghiasi hamparan bumi, mengundang kupu-kupu cantik menambah keindahan, menebarkan harum beri kesejukan, hasilkan madu yang maniskan kehidupan. Semua akan terjadi tepat pada waktunya, tepat pada rencana indah-Nya, dan yang bersabar dan bersungguh-sungguh yang dapat memetik keindahan itu.

Sabtu, 17 Agustus 2013

Dalam Gelap

Ketika dunia seolah tak berpihak padamu, seolah udara yang sejuk justru mencekikmu, seolah cahaya justru gelapkan harapmu, dan setiap detik waktu berdenting seolah memburumu, saat itulah hatimu jauh dari yang Maha menguasai hati, saat itulah hatimu lupa tuk merayu kasih dari yang Maha mengasihi, saat itu hatimu lalai untuk mencintai yang Maha Penyayang. Renggangkan genggaman erat tanganmu perlahan, renggangkan kerutan dahi yang menyiksa diri, berserahlah, merayulah kembali kepada sang Penguasa Hati yang mampu membolak-balikan hati manusia.

Jumat, 16 Agustus 2013

Santapan

"disuatu masa muslim menjadi sebuah mayoritas, tapi bagai santapan yang siap diterkam musuh, karena apa? Karena 2 prnyakit , yaitu CINTA DUNIA dan TAKUT MATI"

Ketika Sabar berbuah manis

"Cinta dalam diam itu seperti kuncup bunga yang bermekaran menjadi begitu indah tepat pada waktunya, dan yang memetik bunga itu adalah orang yang sabar menunggu bunga itu bermekaran"

-Ketika sabar berbuah manis-

Kamis, 15 Agustus 2013

Laci ingatan

"membuka lembaran catatan di laci memori yang sudah usang, membuat senyum kecil tak tertahan, dahulu kala dipertemukan seperti lembaran kosong, hari berlalu lembaran kisah iringi perjalanan hidup masing2, dn dipertemukan kembali dan saling melengkapi coretan di lembar yang masih kosong meninggalkan sebuah kesan betapa rencana Allah itu indah."

-Laci ingatan-

Minggu, 11 Agustus 2013

Akankah layu?


Kala itu bunga bertumbuhan sejukkan gersangnya hati, namun tak kusadari
Kala itu setiap senyum, sedih, tawa menjadi sangat berarti, tetap tak kusadari
Bunga bermekar ditengah gurun yang bingung dan tak tersadari
Kala itu hujan, gelap, namun setelah itu pasti ada pelangi
Masih tetap aku tak mengerti bunga apa sebenarnya yang sedang tumbuh ini
Suatu ketika saat bunga itu bermekaran dengan begitu jelasnya, sedikit aku mulai memahami
Terbuai dalam angan, terbawa hembusan angin yang begitu getarkan dan sejukan hati
Ketika itu aku terpaku akan pesona ciptaan Allah yang begitu indahnya, bahakan mungkin membuat bidadari surga minder berdekatan dengannya
Dan setelah itu baru aku terbangun dari tidur panjangku, terbangun dari buaian indahnya angan, dan aku mulai bertanya
Inikah anugerah? ataukah ini adalah ujian untukku?
Dan kala itu aku terbangun dari perasaan yang terlalu berlebih, yang membuat hati ini terlalu bergetar, frekuensi yang sama terlalu membuat hati ini beresonansi, dan aku takut
Aku takut rasa ini membawaku lebih dalam lagi sedangkan aku belum pantas
Aku takut rasa ini runtuhkan prinsipku sedangkan aku belum pantas
Aku takut rasa ini membuaiku lebih dalam lagi hingga aku lupakan prinsipku
Aku takut karena kala ini terlalu berlebih, dan Allah tidak suka yang berlebihan
Tahukah? Betapa aku menahan hati ini
Apakah yang terjadi sekarang? Apakah aku harus membuang semuanya?
Bunga yang sudah memulai dirinya untuk tumbuh tak akan layu
Biarkan tetap tumbuh mengindahkan hati
Bunga yang bermekaran kembali kedalam kuncup, biarkan terjaga hingga pada waktunya bermekaran setelah pantas
Hijau, teduh, terjaga dalam kuncup, hingga bermekaran,berwarna pada waktu yang tepat

Selasa, 18 Juni 2013

Mimpi itu Jangan Realistis

Bedakanlah antara "Bermimpi" dan "Berangan", memang terlihat serupa tapi sama sekali tidak sama.  Berangan hanyalah sebuah keinginan, sebuah ucapan hati yang tak pasti, ucapan lisan "Andai saja..." tanpa visi dan tanpa ada komitmen mewujudkan, angan hanya timbul saat melihat orang lain lebih dari diri, timbul dari sebuah rasa iri lalu berangan. 
Namun, Bermimpi adalah sebuah getaran dalam hati, sebuah penglihatan yang sangat luas jauh kedepan, sebuah visi yang selalu membuat tangan gemetar disaat mengingatkan, sebuah jalan yang terlihat semu tapi ingin selalu ditapaki, sebuah simfoni indah yang melantunkan berjuta nada-nada indah yang menghanyutkan diri pada sebuah kata OPTIMIS. 
Mimpi adalah sebuah keyakinan akan apa yang diimpikannya, mimpi adalah sebuah keyakinan akan Kebesaran Allah yang menciptakan manusia dengan sempurna, mimpi adalah komitmen diri tentang bagaimana pengoptimalan segala apa yang Allah ciptakan dan segala apa yang Allah titipkan kepada manusia. 

Dikisahkan Seorang sahabat bertanya pada Rasulullah SAW, "Ya Rasul, mana yang akan kita taklukan terlebih dahulu, Constantinovel atau Roma?" Perntanyaan optimis sang Pemimpi yang meyakini akan apa yang dia impikan, yang bertanya dengan imannya, yang bertanya dengan visi dimana Islam suatu saat nanti akan berjaya, sungguh sebuah komitmen ketauhidan yang sangat luar biasa. Pada waktu itu Rasullullah menjawab "constantinovel". Dengan segala keyakinan umat muslim pada saat itu berjuang untuk kejayaan dan menegakan din yang Allah ridhoi. Maha besar Allah, visi besar umat muslim saat itu terwujud meski nyawa sudah tak dikandung badan, visi besar yang dilanjutkan oleh pejuang muslim generasi setelahnya, kita kenal Muhamad Al-Fatih panglima perang muslim pada masa itu yang berhasil membawa pasukannya berjihad dan menaklukan constantinovel, mewujudkan visi para pejuang masa lampau untuk kejayaan Islam.

Kita kenal pula seorang kartunis Walt Disney, seseorang yang dimasa hidupnya mempunyai mimpi yang sangat besar menjadikan apa yang dia imajinasikan, dunia yang dia ciptakan dengan imajinasinya, menjadi sebuah kenyataan, menjadi sebuah dunia yang benar-benar ada, menjadi dunia yang menjadi surga dunianya anak-anak. Diakhir hayatnya Disney belum sempat mewujudkan mimpinya. Namun mimpi besar tidak terbatasi karena sebuah kematian, mimpi besar bagai virus yang baik dan menginfeksi sekitarnya untuk membuat hati bergetar dan ingin mewujudkan mimpi itu, benar saja Disney Land sekarang telah berdiri, mimpi Walt Disney terwujud oleh para penerus mimpinya.

Kita tahu pula Albert Enstein, Thomas Alfa edison, Graham Bell, Newton dan ilmuwan-ilmuwan besar lainnya menciptakan hal-hal hebat yang sangat bermanfaat, tentu semua berawal dari sebuah mimpi besaar, sebuah visi yang menggetarkan hatinya, sebuah keyakinan yang menggerakan setiap detile neurotransmitter diujing-ujung sarafnya membawa impuls optimis, memacu sinaps-sinaps di otaknya untuk bekerja lebih karena sebuah keyakinan bahwa mimpi besar itu akan terwujud.

Hal besar berawal dari sebuah mimpi besar. Ketakutan untuk bermimpi hanyalah nyanyian setan yang senang melihat manusia tenggelam dalam rasa pesimis, Keraguan merangkai mimpi seringkali karena kita terlalu terkekang dalam pola pikir realistis, pola pikir idealisme dalam sebuah rasionalisme, pola pikir yang terlihat benar namun kenyataannya mengekang diri untuk bermimpi hal besar. 

Bermimpilah hal-hal yang jauh dari realistis, bermimpilah hal-hal yang imajiner, bermimpilah sesuatu hal yang sangat besar melampaui kapasitas manusia yang terekang dengan pesimisme, karena itulah mimpi, bukan mimpi kalau realistis.
Dengan ketidakrealistisan sebuah mimpi, siaplah untuk dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang-orang munafik di dunia ini, siaplah untuk dicemooh oleh mulut-mulut manusia pesimis di dunia ini yang sebetulnya hanya iri melihat kita bermimpi besar. Janganlah takut, janganlah ragu untuk melangkah mewujudkan mimpi, Allah selalu bersama dengan orang-orang yang yakin dan optimis. Allahuakbar!

wallahualam bisawab.





Senin, 17 Juni 2013

Merubah Paradigma Konvensional tentang Dakwah


“Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, meyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Surah Ali Imran : 104)
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Surah An Nahl : 125)
            Sudah sangat jelas perintah mengenai kewajiban “dakwah” bagi seorang muslim. Dakwah memiliki beberapa pengertian, secara bahasa dakwah dapat berarti menyeru, menuntut, meminta, mendorong untuk melakukan sesuatu, do’a. Secara istilah dakwah dapat diartikan menyeru manusia kepada Allah dengan hikmah dan nasehat yang baik hingga mengingkari thagut dan beriman kepada Allah, keluar dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya Islam. Ada beberapa point penting yang dapat diambil mngenai dakwah, diantaranya dakwah itu adalah sebuah aktivitas menyeru dengan objeknya adalah manusia, dengan cara yang “hikmah” dengan nasehat yang baik, tujuannya adalah agar yang diseru kembali kepada Allah dan mengingkari kemungkaran dan kembali kepada cahaya Islam.
            Dakwah tidak hanya sebatas menyeru, tetapi dakwah memiliki tahapan tersendiri yang seharusnya dilaksanakan. Tahap awal adalah menyeru pada kebaikan, mengubah kejahiliyahan dengan pengetahuan keislaman, tahapan selanjutnya adalah menjadikan pengetahuan yang diberikan itu menjadi pola pikir objek dakwah, setelah menjadi sebuah pola pikir hingga timbul gerakan atau aktifitas dari hasil dakwah tersebut menjadi sebuah aplikasi positif, hingga tujuan awal dari dakwah tercapai.
            Kendala dalam dakwah salah satunya adalah paradigma yang sudah melekat sejak lama pada kebanyakan orang awam. Kebanyakan orang beranggapan bahwa dakwah adalah kewajiban para mubaligh, dakwah itu adalah ceramah-ceramah para mubaligh yang sering mereka lihat di mesjid atau acara-acara besar, dakwah itu dilakukan oleh orang-orang alim yang berilmu agama sangat tinggi, dakwah itu dilakukan oleh orang-orang lulusan pesantren, dan paradigma – paradigma lainnya yang sudah sangat melekat pada kebanyakan orang. Paradigma inilah yang mesti diarahkan kepada jalan yang semestinya.
            Dengan adanya mentoring di kampus, diantara kalangan mahasiswa yang notabene merupakan pemuda, para penuntut ilmu, bibit-bibit manusia berkualitas pelurus bangsa ini, menjadi langkah awal tersendiri dalam merubah paradigma lampau mengenai dakwah tersebut. Dilakukan oleh mahasiswa dan untuk mahasiswa, sama-sama belajar dan saling ingat –mengingatkan dalam kebaikan, saling memberi contoh yang baik, saling memberi tahu apa yang masing-masing sudah diketahui. Merubah alur dakwah yang tadinya satu arah antara “si pemberi” dan “si penerima” menjadi “saling memberi”. Diharapkan dari hal tersebut terus menjadi follow up dakwah kampus yang terus kontinyu hingga jenjang yang lebih tinggi. Sebagaimana trilogi dakwah kampus yang menyatakan bahwa mahasiswa merupakan Agent of change and Iron Stock  yang sangat berpotensi dalam mengembangkan dakwah kampus, merubah paradigma konvensional kebanyakan orang mengenai dakwah.
            Kendala lainnya yang menghambat jalannya dakwah adalah kebanyakan orang merasa bahwa dirinya belum cukup ilmu untuk menyampaikan kebaikan, minder, merasa tidak pantas dan lain sebagainya. Coba kita pikir, jika kita terus berasumsi bahwa ilmu kita belum cukup untuk menyampaikan kebaikan, dari situ seharusnya muncul pertanyaan “Saat ilmu itu berhasil kamu tumpuk hingga kamu merasa cukup berilmu, masihkah nyawa dikandung badan?” Sungguh ilmu itu sangat luas bahkan jika seluruh pohon menjadi pensilnya dan samudera menjadi tintanya, takkan mampu menuliskan seluruh ilmu yang Allah anugerahkan untuk dipelajari. “Sampaikanlah ilmu walau satu ayat” sudah jelaskan perintahnya? Ilmu yang diamalkan walau sedikit  akan lebih bermanfaat dibanding ilmu yang ditumpuk untuk diri sendiri. Paradigma konvensional itu mesti dirubah, pemikiran-pemikiran pesimisme harus diubah menjadi pemikiran optimisme. Jika saat ini merasa minder karena ketidakmampuan diri, jangan “melarikan diri”, tapi cukupilah kapasitas diri.
Ghozwul fikri menjadi tantangan terbesar dakwah saat ini, pemikiran-pemikiran pesimisme dan paradigma konvensional menjadi akar permasalahan dakwah. Namun dengan adanya tantangan besar tersebut akan melahirkan da’i-da’i tangguh, pementor –pementor tangguh yang akan merubah paradigma konvensional tersebut. Dengan basic mahasiswa, seorang yang haus akan ilmu duniawi, juga harus haus akan ilmu akhirat, terus mengupgrade pengetahuan mengenai hubungan manusia dengan Allah, mengemas dakwahnya dengan seapik mungkin hingga mencetak kader-kader penerus dakwah kampus.
Dan yang terpenting adalah terangi diri seperti engkau menerangi sekitarmu. Seorang pementor ideal jangan seperti lilin, menerangi sekitar tapi dirinya terbakar hingga habis dan tak mampu menerangi sekitar lagi, seolah yang disampaikan hanya sebuah bualan yang tak dilakukan oleh dirinya sendiri. Jadilah seperti matahari yang menerangi bumi sepanjang hari, bahkan disaat malam hari cahayanya masih dapat terlihat dari pantulan sang rembulan.
            “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (Ash shaff : 2-3).

Sudah sangat jelas bahwa sangat perlu berhati-hati dalam berdakwah, jangan sampai apa yang disampaikan sama sekali tidak mencerminkan diri, sama sekali tidak pernah dilakukan, samasekali itu hanya sebuah kemunafikan diri yang tujuannya bukan karena Allah. Untuk itu perlu meluruskan niat terlebih dahulu sebelum berdakwah, sebelum melaksanakan kewajiban, tanya pada diri untuk apa melakukan hal tersebut, apa tujuannya melakukan hal tersebut, sungguh sebaik-baiknya niat adalah karena ridho Allah, lillahita’ala.

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh” (Ash Shaff : 4).

            “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran” (Al Ashr : 1-3).


Wallahualam bisawab.

Jumat, 07 Juni 2013

Sederhana itu mempesona


Glamor, perhiasan, make up, dan segala hal tersebut bagi kebanyakan wanita merupakan aspek penopang kecantikannya. Sudah menjadi kodratnya wanita ingin tampil cantik, sangat normal sekali.
Tapi kawan, bgaimanakah kecantikan yang hakiki bagi seorang wanita muslim? SEDERHANA, itulah jawabnya.
Sederhana saja untuk menjadi muslimah untuk menjadi cantik, menutupi seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan, itulah cantik.
Menyembunyikan segala perhiasan yang dimiliki kecuali pada suami atau yang menjadi makhromnya, itulah cantik.
Menjadikan dirinya begitu mahal dan tertutup rapat saking berharganya, itulah cantik.
Menghijabi hati untuk memupuk bunga-bunga indah dalam hati hingga bermekaran hingga suatu saat ada seorang yang berhak ikut memeliharanya dalam ketaatan, itulah cantik. 
Cantik itu bukan kemewahan, cantik itu bukan perawatan mahal yang rutin, cantik pula bukan tubuh yang diobral murah untuk mata para laki-laki yang sudah menjadi kodratnya mempunyai syahwat terhadap wanita.
Cantik itu sederhana, kecantikan sejati hanya dapat dimengerti dengan mata hati, pesona kecantikan sejati hanya dapat dilihat dengan hati yang berserah diri, kecantikan sejati berselimut akhlaqul karimah yang akan membuat bidadari surga iri melihatnya. Subhanallah, maha suci Allah yang telah menciptakan kecantikan.

Rabu, 22 Mei 2013

Brand New!!

Sel merupakan unit kecil penyusun makhluk hidup yang secara fungsional dapat melakukan berbagai aktivitas yang begitu teregulasi serta terkordiinasi dengan baik mulai dari fungsi metabolisme energi, fungsi REGENERASI, fungsi mobilitas, bahkan sampai fungsi genetik dilakukan di tingkat sel. 
Dalam kesempatan ini saya akan menekankan pada fungsi REGENERASI yang berkaitan dengan judul tulisan pada kali ini "BARND NEW!!". 
Tahukah kawanku? sel beregenerasi setiap harinya, mengganti dirinya yang lama dengan dirinya yang baru. 

Mengapa kita harus memahami itu?

Hal tersebut merupakan prinsip dasar kehidupan yang sepertinya sangat dasar yang mesti dipelajari dan hal tersebut akan saya bahas dalam kesempatan ini erat kaitannya dengan TAUBAT.

Setiap harinya diri kita tak luput dari dosa, mulai dari yang kecil hingga besar, mulai yang tidak disadari sampai yang disadari sepenuhnya. 
Namun perlu kita ingat bahwa Allah itu maha pengampun, maka sudahlah menjadi keharusan kita bertaubat pada-Nya.

Pertanyaannya adalah,  adakah jaminan saat setelah bertaubat kita takkan mengulangi dosa tersebut? Bagaimana sih taubbatannasuha itu?

Kembali lagi pada ilmu dasar tadi "SEL", beregenerasi setiap harinya menjadi diri yang baru, belum mengenal taubat yang diucapkan bahkan ditekadkan sebelumnya. Oleh karena itu sangat amat tidak cukup taubat hanya satu kali saat kita menyadari bahwa perbuatan yang kita lakukan sebellumnya adalah dosa, ingat kawan sangat TIDAK CUKUP apabila kita kembali ke konsep dasar yang sudah saya sampaikan tadi, kesimpulan dari hal tersebut, taubat itu harus diupgrade setiap hari, mengenalkan sel-sel baru kita terhadap apa yang namanya taubat, agar apa?? agar kita dapat menjamin kesalahan yang lama benar-benar tidak dapat terulang. Wallahu'alam 

barakallah




Rabu, 13 Maret 2013

Diam dalam Taat

Ketika "diam" mu banyak diterpa godaan yang datangnya terus menggempur dan tak kunjung menyerah, tahukah ? aku tetap dalam "diam" ku..

Ketika kamu sempat meragukan arti sebenarnya akan "diam" ku dn untuk siapa "diam"ku , tahukah? Aku tak ragu sdikitpun akan "diam" mu

Ketika jarak menjadi "Hijab" yang sangat kuat bagimu begitupun bagiku, aku bersyukur karena aku bisa mempersiapkan diriku jauh lebih matang hingga aku pantas di mataNya,

Ketika Allah berikan kesempatan kita untuk dipertemukan untuk kesekian kalinya, aku bersyukur karena kita dipertemukan dengan cara yang baik

Ketika disetiap kali batinku tergoyangkan oleh masalah yang menimpaku, aku bersyukur akan dewasamu yang juga dewasakan aku

Ketika aku ragu apakah kamu yang benar-benar aku pilih untuk menjadi "cahaya" yang Allah siapkan di ujung jalan yang sedang kulalui, aku bersyukur ada kamu yang yakinkanku dengan "taat" mu

Ketika aku terhenti pada rasa jenuh yang menghambat langkah ku, aku bersyukur kamu datang dengan hal hebat yang bisa aku kagumi dan kembali memacu langkahku

Dewasamu, pemikiranmu, taatmu, dan hati yang selalu berhijrah menuju jalanNya sungguh akan membuat bidadari - bidadari surga sangat iri padamu

Sungguh rasa kagum ini hanya untuk Allah SWT yang telah menciptakan suatu hal yang sangat luar biasa bagiku

Aku percaya ini bukanlah kebetulan, aku percaya ini bagian dari rencanaNya yang indah dan penuh "kejutan"



.. Lebih takut pada sesosok setan yang membawa sebutir kesombogan yang siap ditanam di hati , dibanding dengan seorang penjahat yang menghunuskan pedang tajam pada leher..

"..Do'a tidak akan menyelesaikan masalah, tapi dengan do’a kita menjadi kuat dalam menyelesaikan masalah.."

-Prof.Dr.dr.Hardono,PAK-

Desert


Saat perjuangan menuju hidup yang diinginkan sangatlah mudah digapai, perasaan kita akan sangatlah bahagia dan terasa indah, dan itulah yang diharapkan semua orang di dunia tanpa terkecuali.
Tapi pernahkah kita sadari disaat perjuangan itu begitu berat, panjang dan bagai tak berujung, kita dapat melihat lebih banyak hal lagi, lebih dalam lagi memahami arti perjuangan hidup, dan saat bahagia itu datang, apakah yang akan terasa? Ya! bagaikan menengguk seteguk air yang dingin dan menyegarkan d tengah gurun pasir yang amat gersang.

Tak Cukup Satu Gigitan Saja


Tahukah Apel? Salah satu buah-buahan yang Allah ciptakan sedemikian rupa, diberi rasa yang enak dan manis, penampilan yang enak dilihat, dan penuh kemanfaatan didalamnya.
Tapi coba renungkan ini..Satu gigit pada apel, apabila tidak dituntaskan untuk menyelesaikan nya (menghabiskannya), lama-lama apel akan menghitam dan akhirnya membusuk, dan semua manfaat didalamnya akan berubah menjadi sebuah kesia-siaan dan berakhir di "kantong sampah".
BEGITUPUN DENGAN CITA-CITA, pelru adanya sebuah komitmen yang kuat untuk segera menggapai cita-cita dengan singguh. Jangan biarkan cita-cita itu menjadi sia-sia oleh karena kelalaian kita dalam berkomitmen. Jangan sampai berakhir pada kantong sampah penyesalan.

Langkah Pertama


Perjalanan, sebuah kata yang tentu mengarah pada sebuah tujuan. Ada perjalanan yang mudah, ada pula yang berliku-liku, tergantung orang ingin mengambil jalan yang mana.
Perjalanan dengan "tujuan BESAR" tentu tidak ada yang instan, semua butuh proses panjang, jalanan terjal siap untuk dilalui, perih, sakit, lelah, jenuh, itu yang mungkin saja terasa. Tapi percayalah bahwa semua kan bergantung pada langkah pertama  kita. Langkah dimana akan menentukan langkah-langkah berikutnya, langkah dimana jika ada sedikit saja keraguan maka akan menghancurkan langkah-langkah berikutnya, langkah dimana kita menaruh segala harap dan cinta dari orang-orang sekitar kita yang mendukung jalan yang dipilih, langkah dimana kita akan bisa melihat langkah terakhir kita. Yakinlah pada langkah pertama itu, yakinlah pada keyakinanmu yang telah memilih jalan itu, yakinlah bahwa Allah kan tunjukan jalan yang tepat . 

Wallahualam