Minggu, 18 Agustus 2013

Diamku, taatmu


Kala itu tak terasa kuncup bunga mulai bertumbuhan, seolah sejukan gersangnya hati. Setiap do’a, duka, bahagia menjadi sangat berarti kala itu, namun tetap tak kusadari apa sebenarnya yang sedang tumbuh dalam diri ini.
Mencoba membuka laci ingatan yang telah usang, membuat senyum kecil tak tertahan. Dahulu kala dipertemukan masih seperti lembaran-lembaran kosong yang belum terisi banyak oleh catatan kehidupan, masih sangat dini saat itu. Kamudian hari berlalu, lembaran kisah iringi perjalanan hidup, tuliskan kisah dilembaran kehidupan masing-masing, mencoretkan tinta dengan penuh warna mencari jati diri. Dan waktu itu pun tiba, raga dipertemukan kembali oleh waktu yang telah direncanakan oleh Sang Penguasa waktu. Cukup hanya sebentar saja kedua raga dipertemukan, walaupun begitu seolah hati temukan frekwensi yang sama dan terjadi resonansi yang begitu dahsyat kurasakan. 
Tahukah sahabat? Ambisinya, dewasanya, cita-cita besarnya, kelembutan tutur dan hatinya, dan taatnya pada Allah serta diri yang selalu berhijrah dijalan-Nya membuatku sangat bersyukur Allah ciptakan dia di bumi ini. Sungguh rasa kagum ini hanya untuk-Nya yang telah menciptakan keindahan yang akan membuat bidadari-bidadari surga iri melihatnya.
Jarak menjadi hijab yang sangat berarti untukku dan untuknya, jarak berikan kami kesempatan untuk terus berhijrah pantaskan diri di hadapan-Nya. Hati ini tetap berada dalam diamnya, menghijabi diri untuk tak ungkapkan rasa hingga benar-benar pantas.
Layaknya kuncup bunga yang terus tumbuh, tak selamanya tumbuh dengan mudah, selalu ada hujan, angin, dan petir yang datang menggempur dan terus mencoba goyahkan. Begitu pula dengan diamku , rasa takut selalu hadir membisikan kebisingan yang gemuruhkan hati, rasa ragu yang selalu bebani langkah ini, sebuah “perasaan” yang terkadang tumbuh berlebih yang bisikan gombalan-gombalan manis beracun ke dalam hati. Tahukah? Betapa aku menahan hati ini, betapa aku membelenggu hati ini disetiap hati ini terbuai dalam pesona bisikan syetan tentang manisnya “Cinta” yang tak sepantasnya.
        Tak terlewatkan di setiap sunyi malam kumerayu pada Sang penguasa hati yang mampu membolak-balikan hati sesuai kehendak-Nya, terlantun dalam untaian do’a setiap curahan hati yang berserah diri kagumi keindahan ciptaan-Nya. Terselip dalam setiap do’aku agar cinta dalam diam ini terjaga dalam tebalnya prinsipku juga prinsipnya. Disetiap tetes air mata dalam dekapan do’a, aku memohon tuk tetapkan hati kami berada dalam diam ini hingga kami pantas di hadapan-Nya, saling memberikan manfaat serta lengkapi coretan kisah di lembaran kehidupan dengan penuh ketaatan kepada Sang Penguasa Kehidupan, dan menjadikan semuanya menjadi “Kejutan” yang Allah rencanakan dengan begitu indahnya yang akan datang pada waktu yang tepat, dan semoga Allah sampaikan usia kami saat kami pantas.
        Kuncup bunga yang memulai dirinya untuk tumbuh akan terjaga tetap tumbuh, disirami dengan ketaatan, dipupuk dengan keteguhan hati, dan dinanti bermekaran dengan kesungguhan hati dan kesabaran.
Karena cinta yang hakiki adalah bunga yang bermekaran dengan indah, menghiasi hamparan bumi, mengundang kupu-kupu cantik menambah keindahan, menebarkan harum beri kesejukan, hasilkan madu yang maniskan kehidupan. Semua akan terjadi tepat pada waktunya, tepat pada rencana indah-Nya, dan yang bersabar dan bersungguh-sungguh yang dapat memetik keindahan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar