Senin, 14 Oktober 2013

lentera

"Ilmu itu adalah cahaya, kebodohan adalah kegelapan". Benar sekali bahwa ilmu adalah cahaya, seolah lentera yang akan menuntun perjalanan kita di gelapnya dunia. Benar sekali dunia adalah sebuah perjalanan yang gelap, kegemerlapan dan keindahan yang semu sesatkan diri jika tak ada yang menerangi, apalagi kalau bukan ilmu. Bahkan dalam beragama pun jika tidak diiringi dengan ilmu, apalah artinya, kesia-siaan yang ada, ketersesatan yang akan terjadi karena memang kebodohan manusia yang tak mengiringi hidupnya dengan ilmu. 
Kebodohan yang dipelihara adalah kedzaliman terhadap diri sendiri, bukan hanya itu, bisa saja kebodohan yang dipelihara juga bisa menjadi kedzaliman untuk orang sekitarnya.
 

Tamparan Keras!

Tamparan keras untuk hari ini aku rasakan, bukan tamparan secara harfiah sih, cuma tamparan pada perasaan mungkin tanpa kusadari mata yang tadinya tertutup hingga terbuka. Malu sekali rasanya, merasa diri sangat tidak bersyukur. 
Hari itu hari rabu, aku diundang menghadiri acara makan-makan dalam rangka acara rapat kerja tengah tahun pengurus ROHIS Kedokteran Umum sekaligus pembubaran panitia IMSF 5.
Sore itu lumayan banyak pengurus ROHIS KU yang menghadiri acara, subhanallah cukup menggetarkan hati melihat semuanya berkumpul, sebuah pemandangan yang amat langka.
Makananpun datang, kami semua mulai untuk makan bersama dan tentu diawali dengan do'a. Setelah makan usai kumandang adzan magrib berkumandang, terlihat akh Gde Mas'ul ROHISKU telah hadir walau beliau berhalangan untuk datang dari awal. Setelah melaksanakan solat magrib, acara selanjutnya pada sore itu adalah presentasi dari akh Gde tentang perjalanan, perjuangan, kisah menarik selama kepanitian IMSF 5. Mengharukan sekali, bernostalgia tentang sebuah perjuangan kami bersama dalam melaksanakan acara nasional. Mengingat betapa beratnya, betapa banyak sekali ujiannya, betapa emosi, fisik, pemikiran kami semua diuji. Tapi kami tak pernah letih terus berjalan menapaki hari - hari yang begitu berat, sambil kami harus mengimbangi tanggungjawab kami sebagai mahasiswa. Namun, semua itu ikhlas kami jalani karena itu merupakan salah satu jihad kami membela agama Allah. Jika dipikirkan kembali, melihat acara yang begitu besarnya, yang secara akal sehat itu jauh diluar kapasitas diri kami, tapi MAHA BESAR Allah yang memampukan segalanya, yang mmungkinkan segalanya, yang memberikan kami kesempatan untuk meningkatkan kapasitas diri untuk mengimbangi acara sebesar itu, dan buktinya kami MAMPU!
hmmm bernostalgia tentang IMSF 5 selalu berhasil menggetarkan hati ini, betapa tak ada yang tak mungkin untuk Allah, satu motivasi tangguh juga saat semangatku mulai surut. Alhamdulillah.
Setelah presentasi , dilanjut pada acara nominasi mulai dari kegiatan terbaik, staf terbaik, departemen terbaik dan lain sebagainya. Yang bikin saya gak nyangka, saya mendapat predikat staf terbaik. Antara Syukur dan Istigfar, bersyukur karena saya dianggap rekan yang baik oleh teman-teman, istigfarnya memang saya sudah melakukan apa saja hingga dapet predikat itu? bukankah banyak yang lebih pantas ya? Ya Allah jauhkan hamba dari secuil saja rasa sombong karena hal kecil seperni ini, do'a ku saat maju menerima penghargaan.

Nah setelah acara ini, ini nih yang bikin hati aku sangat terenyuh malu pada diri sendiri. Sebagai penutup acara, akh Gde memberikan sambutan. Sangat kuingat hal yang disampaikan akh Gde itu "Jika berbicara tentang Islam, saya dilahirkan dikeluarga yang berbeda agama, Ayah saya hindu dan ibu saya islam, saya dibesarkan sejak kecil oleh ajaran hindu". Aku baru tahu tentang hal itu, langsung aku merasakan tamparan yang amat dahsyat pada diri, malu diri ini, melihat seorang akh Gde yang dibesarkan di lingkungan hindu dan pada akhirnya beliau mengenal islam dari ibunya dan sekarang menjadi sosok yang soleh dan patut dicontoh, sayapun banyak mencontoh hal-hal baik darinya, sedangkan saya yang dilahirkan di keluarga muslim masih kayak gini-gini aja, masih banyak nakalnya, masih banyak males belajar agama, masih belum mengenal Islam dengan sempurna, Astagfirullah malu diri ini, malu sama Allah melihat diri ini yang tak pandai bersyukur. Aku seharusnya bersyukur diberikan kesempatan lebih untuk mengenal Islam, tapi aku lalai untuk mengenalinya, aku diberi kesempatan untuk lebih tahu akan hal-hal yang baik, namun aku masih lalai untuk terus mencari tahu. Astagfiurllah, Astagfirullah, Astagfirullah.
Tamparan pada hari itu sungguh mampu membelalakan mataku untuk benar-benar terbuka. 

"Ya Allah, ridhoi hamba untuk memulai menggunakan kesempatan yang teah engkau berikan padaku sejak lama sekali, izinkanlah hamba untuk mampu memahami segala hal yang baik sesuai ajaran-Mu, Ya Allah mampukan hamba untuk melawan rasa lalaiku, untuk menetapkan hatiku berjalan menapaki jalan yang lurus, jalan yang engkau ridhoi" Aamiin.

Sungguh pelajaran berharga aku dapatkan hari itu.

Minggu, 06 Oktober 2013

Kapasitas Diri


Berbicara tentang kapasitas diri, umumnya saat orang hendak melakukan sesuatu yag besar namun ternyata tak sebesar kapasitas dirinya hingga tidak dapati melakukan hal itu, lantas mencari hal yang lebih kecil sesuai kapasitas diri. Mengapa sekarang tidak kita balik saja? Bukan hal yang ingin dilakukan mengikuti kapasitas diri TAPI kapasitas diri yang harus ditingkatkan untuk mengimbangi hal besar yang ingin dilakukan. "Hai jin dan manusia, jika kamu mampu menembus penjuru langit dan bumi, MAKA TEMBUSLAH, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan engkau dustakan?" [Ar Rahman 33-34]. Bukankah kekuatan Allah itu maha Agung, tak ada batasnya, hanya sebatas meningkatkan kemampuan manusia itu hal yang kecil, hanya saja kita manusia yang terlalu pesimis dengan keadaan. 
wallahu'alam bissawab.