Selasa, 05 November 2013

Pertolongan Allah itu Nyata (bagian I)

"Fabiayyi alaa i rabbikumaa tukadzibaan" 
"Maka Nikmat Tuhan kamu yang mana yang kamu dustakan?"
     Sebuah firman yang Allah sampaikan dalam suatu ayat dalam Surah Ar Rahman, sebuah ayat yang sungguh membuat hati ini bergetar, meringis, malu kepada Allah karena betapa hina dan rendahnya diri ini karena rasa syukur yang kurang. Jika kubayangkan ucapan syukur yang kuucap disetiap harinya bahkan jikalau sampai mulut ini tak mampu lagi berucap, sungguh itu takkan pernah sebanding dengan segala kenikmatan yang Allah beri disetiap hari, disetiap jam, disetiap menit, bahkan disetiap detik yang sungguh luar biasa, bahkan jikalau pepohonan di dunia ini mnjadi pinsil dan samudera sebagai tintanya untuk menuliskan nikmat yang Allah beri pada kita sebagai mnusia sungguh takkan sebanding, namun terkadang kita melupkannya.
     Pernahkah kita berhitung berapa banyak volume Oksigen yang kita hirup disetiap harinya? Pernahkah kita berhitung berapa banyak energi cahaya yang Allah beri untuk menerangi saat siang hari? Pernahkah kita berhitung betapa banyak limpahan nikmat yang Allah beri disetiap harinya? Sungguh tak terhitung jumlahnya bahkan jika di "Rupiahkan" takkan sanggup seluruh negara di dunia bahkan jikalau mereka patungan untuk membayar semuanya kepada Allah.
Apakah Allah menagih bayaran untuk semuanya? Tentu TIDAK! Allah itu Ar Rahma dan Ar Rahim, Maha pengasih dan maha penyayang kepada seluruh ciptaannya tanpa terkecuali. Mensyukuri dari hal terkecil, mensyukuri mulai dari hal yang bahkan kita anggap sepele, mensyukuri sesuatu yang bahkan orang lain bilang sebuah musibah, mensyukuri segala apa yang Allah beri mau itu manis ataupun pahit. Sesungguhnya tidak ada kesia-siaan sedikitpun pada apa yang Allah anugerahkan.
     Minggu, 24 Maret 2013, hari itu adalah hari dimana aku menerima sebuah tawaran amanah untuk menjadi ketua pelaksana kegiatan rutin tahunan Gebyar Ramadhan 1434 H. Sempat ragu untuk menerimanya, karena pada saat itu aku merasa kapasitasku belum cukup mumpuni menerima amanah sebesar itu. Namun, dengan penuh pertimbangan dan saat itu tidak ada yang mau menerima amanah besar itu dan waktu pelaksanaan telah dekat, akhirnya aku menerima amanah tersebut.
"Bismillah, InsyaAllah saya akan melaksanakannya mas. Mohon bimbingannya" jawabku saat ditawari amanah oleh mas'ul ROHIS KU.
Ada yang berbeda dengan tahun lalu, kepanitian Gebyar Ramadhan tahun ini merupakan gabungan mahasiswa kedokteran dengan keperawatan serta gizi. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri dimana harus mengkoordinir mahasiswa yang memiliki kesibukan jadwal yang berbeda, sehingga pada awal kepanitian agak kewalahan juga dalam hal persiapan.
Hari berlalu, syuro demi syuro aku lewati bersama panitia inti kegiatan Gebyar Ramadhan, akhirnya susunan kegiatan sebulan kedepan telah berhasil disusun dan proposal siap untuk diajukan ke Dekanat sebagai legalitas pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan serta permohonan dana.
         Tak semudah membalikan telapak tangan dalam persiapan dan pelaksanaan kegiatan ini, ada saja ujian yang muncul menerpa kami panitia Gebyar. Mulai dari persiapan, kegiatan perdana hingga kegiatan akhir selalu dihujani ujian-ujian bagai gelombang laut di segitiga bermuda.
Mulai dari masalah dana. Dana yang biasanya besar untuk kegiatan ini seperti tahun lalu, berbeda dengan tahun ini sangat minim sekali. Mesjid Asy syiffa yang biasanya sangat mendukung kegiatan secara materil, kali ini tak sanggup mendukung karena sedang mengalami krisis dana akibat pembangunan dan rehab masjid. Dana dari BAI RSUP Kariadi yang biasanya lancar, kini mandet karena sedang masa transisi kepengurusan.
Dana dekanat juga karena aturan dan lain sebagainya hingga cair nanti setelah selesai kepengurusan organisasi ROHIS KU 2012/2013, artiya dana tersebut seolah dana khayalan yang tak kami pegang untuk persiapan acara.
         Astagfirullah, aku hanya mahasiswa berusia baru saja menginjak 18 tahun dua bulan yang lalu dan sekarang memegang amanah yang begitu besar dan seperti Mission Imposible nya milik Tom Cruis dengan berbagai pertaruhan keadaan.
Tak terasa waktu terasa cepat, mendekati acara Tarhib Ramadhan. H-7 kami panitia sama sekali belum memegang dana sepeserpun, padahal proposal sudah disebar. H-3 Allah memberikan pertolongannya melalui kemurahan hati Takmir Asy Syiffa dan BAI RSUP Kariadi yang mau memberikan bantuan untuk terlaksananya Tarhib Ramadhan, namun masih tetap kami panitia belum memegang dana sama sekali.
Tahukah kawan? hari H kami baru memegang dana bantuan untuk terlaksanya kegiatan Tarhib sebagai pembuka kegiatan-kegiatan lainnya selama bulan Ramadhan.
Dapat dibayangkan, aku sebagai ketua lari kesana-kemari mengurusi birokrasi ke Asy Syiffa lalu ke BAI untuk pencairan dana sejak H-7 hingga hari H. Tanpa pertolongan Allah aku takkan sanggup, tapi sungguh Allah maha Pengasih lagi maha Penyayang.
          Tidak sampai di situ ternyata ujian yang harus kuhadapi. Beberapa jam sebelum pelaksanaan Tarhib, kami mendapat kabar bahwa Ustadz yang seharusnya mengisi tausyiah pada hari itu terjebak macet di perjalanan. Pukulan keras bagi kami panitia pada hari itu, padahal acara telah dimulai dengan tilawah serta sambutan-sambutan dari tamu undangan, namun sang ustadz masih jauh dari tempat pelaksanaan acara. Panitia kebingungan saat itu, badanku bergetar hebat, tanganku tak henti-hentinya bergetar, sontak mukaku memerah dan keringat mulai bercucuran. Saat itu hanya istigfar sebanyak-banyaknya yang bisa aku lakukan.
acara mulai molor terlalu lama, tamu undangan mulai dari ketua takmir Asy Syiffa, Ketua BAI, dokter-dokter RSUP serta peserta yang lain mulai gelisah dan bertanya-tanya kenapa acaranya belum dimulai juga.
Berserah, pasrah, menyerahkan segala urusan pada hari itu hanya pada Allah. Aku terduduk lemas sejanak, memejamkan mata menahan air mata yang terbendung sejak tadi. "Ya Allah ridhoi apa yang hamba lakukan, sungguh tak ada tujuan lain selain mengharap ridho-Mu" batinku menangis. Tapi satu hal yang aku yakini, Allah selalu punya rencana indah di balik semua yang terjadi.
Tak lama kemudian "Hei teman-teman ustadznya sudah sampai di gerbang RS Kariadi dan siap menuju mesjid" Teriak salah satu akhwat panitia Gebyar. Langsung aku berdiri dan berlari menghampiri mobil jemputan ustadz untuk menyambutnya.
"Alhamdulillah, mari tadz sudah di tunggu jama'ah" sambutku sambil menyalami ustadznya.
Sang Ustadz hanya mengangguk dan tersenyum sambil bergegas menuju Mesjid Asy Syiffa, seolah mengerti kepanikan yang terpancar dari wajahku.
Akhirnya acara hari itu terlaksana sampai kumandang adzan magrib berkumandang tausyiah ditutup dengan do'a yang indah untuk menyambut Ramadhan yang agung pada tahun ini.


To be Continue..



Tidak ada komentar:

Posting Komentar