Sabtu, 21 Desember 2013

Aku dan Simfoni Bisu

Tatkala aku termenung, tak tahu apa yang harus kuperbuat, seolah detik, menit, jam, hari, bulan, bahkan tahun melambaikan tangannya, berlalu begitu saja. Padahal hati masih rindu, namun waktu tak kenal rindu, lambaian tangannya mungkin hal terakhir yang terlihat, tanpa memalingkan wajahnya. Ya benar! Waktu tak kenal rindu, karena itu dia takkan kembali.
Tatkala hati rindu akan waktu, tatkala hati ingin slalu bermesraan dengan waktu, tatkala hati ingin waktu selalu berarti, maka hanya kenangan yang tertinggal oleh waktu, tersimpan dalam laci ingatan yang kadang usang dan terlupakan.
Gajah mati tinggalkan gading, singa mati tinggalkan belang, waktu pergi tinggalkan kenangan bersama pemikiran besar yang tersimpan rapi namun fana, ikut tenggelam bersama raga yang takkan lagi mampu tuk rindukan waktu.
Aku takkan rela jika setiap kenangan, ide, pemikiran, serta perasaan yang tersimpan rapi dalam laci ingatanku ikut mati bersama raga yang fana ini.
Oleh karena itu, simfoni bisu menjadi saksi, simfoni tak bernada menjadi kemesraanku bersama waktu kala raga takkan mampu lagi rindukan waktu.
Bagiku, tulisan adalah simfoni bisu, tak dapat didengar namun indah dirasa. Dinamika kata layaknya nada yang terangkai syahdu, dinamis, sampaikan pekik pesan dari cakrawala pemikiran yang melanglangbuana mengarungi panggung megah orkestra kehidupan. Hingga jasad sudah tak nampak lagi, hingga akal tak dapat lagi bergaung, namun cakrawala pemikiran akan tetap bernyawa, mengalun indah bersama simfoni bisu.
Selagi kaki masih bisa melangkah, selagi tangan masih bisa berbuat, selagi mata masih bisa melihat banyak hal, selagi telinga masih bisa mendengar, dan selagi visi masih tak bertepi, akan kutapaki setiap jejak kehidupan nyata, akan kulihat banyak hal, akan kusimpan dalam sebuah laci ingatan, tertuang dalam simfoni bisu, penuhi coretan indah dalam kertas kosong kehidupan. Hingga suatu saat nanti raga tak disinggahi nyawa, namun pemikiran ini akan tetap hidup tertuang untuk diambil kebaikan darinya.

"Gajah mati tinggalkan gading, harimau mati tinggalkan belang, manusia mati tinggalkan pemikiran dan mimpi besar yang tetap hidup."

-fauzianrifqi-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar