Sabtu, 11 Januari 2014

Kelingking yang Saling Bertaut

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ

"Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." ( Q.S As Saff : 4).

Bismillahirohmanirohim. Sedikit bercerita, di kamis sore, saat itu aku sedang di satu mesjid hendak melaksanakan sholat magrib. Adzan telah berkumandang, langsung ku tutup lembaran "muqodimah" kitab ilmi sorfi wa nahwa yang sedang ku baca dan hendak ku setorkan bacaanku ke ustadz pembimbingku. Aku bersamaa santri-santri yang lain bergegas mengambil air wudlu. Qodarullah, aku di tunjukkan jalan untuk tergerak hati menimba ilmu bersama orang-orang soleh di samping aku juga sedang menimba ilmu kedokteran, hendaknya ilmu dunia berjalan mesra dengan ilmu agama, dinnul Islam.
Lalu Iqomah pun berkumandang, segera aku menuju saff solat, saat itu aku berada di saff ke dua, sebelah kananku adalah santri yang masih sangat muda, mungkin usianya sekitar 6 atau 7 tahun.
"luruskan dan rapatkan saff.." seru Imam solat berjamaah magrib saat itu. Segera aku luruskan saffku dengan kanan dan kiriku. Anak kecil di sampingku pun merapikan saffnya, merapatkan kelingking kakinya dengan sebelahnya juga tentu denganku.
Kamudian saat bangkit dari sujud, kakiku terlepas dari rapat saff, belum sempat aku merapikan saffku lagi, tahukah apa yang terjadi?? Anak kecil itu menengok ke bawah dan seolah bergegas menautkan kelingking kakinya dengan kakiku hingga saff kembali rapat dan rapi. Setelah rapi pun anak itu selalu menengok ke arah kaki-kakinya seolah memastikan bahwa saffnya rapi dan rapat. Begitupun seterusnya hingga rakaat terakhir. Subhanallah, Allah menunjukkan hal yang luar biasa hari itu, sebuah pengajaran yang tak disangka-sangka kedatangannya, pengajaran melalui seorang anak kecil yang tahu betul urgensi merapatkan barisan dalam solat. Hakikatnya bukan hanya dalam sholat kita sebagai muslim harus merapatkan barisan, tapi dalam berbagai hal seorang muslim dengan muslim yang lain harus merapatkan barisannya untuk membela agama Allah, untuk mewujudkan mimpi Rasullullah Solallahu'alaihi wassalam. Seharusnya ini yang perlu kita fahami bersama, ingatlah bahwa Allah mencintai muslim yang berjuang di jalan Allah dengan barisan yang teratur, artinya, kita muslim harus saling bahu - membahu dalam ingat - mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Bukan saling menyalahkan, bukan saling menjelekan, bukan saling mempertahankan ego dan idealisme masing-masing,  yang sekarang sedang terjadi. Sungguh ironis sekali, sedih rasanya, fitnah dan adu domba masa lampau yang dilakukan oleh orang-orang munafik berhasil memecah belah persatuan muslim. Yang seharusnya lillahita'ala, yang terjadi sekarang adalah kepentingan dan kepuasan sebuah golongan. Na'udzubillah tsumma nau'dzubillah. Coba kita buka mata, kita tak bisa hanya menutup mata dari fenomena yang terjadi saat ini, sudah saatnya kita kembali luruskan niat wahai sodara muslimku, sudah saatnya hati dan niat kita saling bertaut layaknya kelingking yang saling bertaut kala solat berjamaah. Semoga Allah senantiasa meridhoi di setiap langkah kita kala hati tertuju pada-Nya. Hasbunallah, hasbunallah, hasbunallah. :)

Selasa, 07 Januari 2014

Segelas Es Jeruk

Siang itu adalah siang yang paling menegangkan bagiku, hari itu adalah hari penentuan ikhtiar terakhirku di mata kuliah anatomi yang setahun terakhir ini telah menjadi sesuatu yang menyeramkan dan menghantui setiap saat.
Tercantum di jadwal ujian identifikasi anatomi mulai jam 12.10 dan saat itu masih jam 11.30. Aku memutuskan untuk makan terlebih dahulu untuk memenuhi asupan glukosa otak yang akan segera dikuras habis sesaat setelah masuk lab anat. Tak banyak makanan yang aku ambil di piringku agar tidak ngantuk akibat kebanyakan makan, walaupun pada akhirnya ngantuk sekali saat menunggu namaku dipanggil untuk beraksi. Saat itu aku memesan air bening, karena biasanya juga pesan itu (ngirit hehe).
Menunggu lama sekali, air bening pesananku tak kunjung datang. Memang sih saat itu warung lagi rame, aku saja makan membawa 3 orang temanku yang juga pesan air bening (sama2 ngirit padahal awal bulan). Akhirnya keempat gelas minuman pesanan di meja kami datang, tapi ada yang aneh, padahal kami pesan air bening 4 tp yg datang adalah air bening 3 dan es jeruk 1. Kami berempat lirik-lirikan seolah tak ingin jadi tersangka salah pesan karena harus mengeluarkan uang untuk es jeruk hehe. Tapi akhirnya aku yang mengambil es jeruk tersebut, aku pikir gak apa-apa lah keluar uang lebih banyak sedikit dan juga es jeruk kelihatan sangan menyegarkan di siang yang cukup panas hari itu.
Setelah selesai makan kami bergegas menuju gedung lab tempat ujian anatomi. Menunggu lama sekali untuk namaku di panggil, padahal badan sudah sangat lelah, kelopak mata sudah menjadi bagian dari tubuh yang paling berat, hasil dari persiapan belajar untuk ujian akhir semester 3 ini. Tapi bersyukur juga namaku belum dipanggil hingga mahasiswa di ruang karantina tinggal sedikit, menyisakan orang-orang yang notabene pandai di anatomi dan selalu dipanggil akhir-akhir, artinya akumulasi nilai anatomiku saat itu tidak buruk, Alhamdulillah. "Rifqi Aziz Fauzian...." teriak salah satu temanku yang saat itu tugas mengabsen. Artinya giliranku beraksi untuk mengerjakan soal iden besar anatomi, bimillah. Dengan yakin dan menjaga senyum di wajah dan di hati agar tidak tegant saat mengerjakan. Qodarullah, Allah melapangkan pemikiranku saat itu hingga aku tak menemukan banyak kesulitan.
Saat keluar dari laboratorium anatomi, menghirup napas panjang lega, mencium aroma formalin yang insyaAllah ini aroma terakhir yang aku cium setelah lulus anatomi hehe (optimis).
Keesokan harinya aku coba cek ke bagian anatomi apakah nilainya sudah keluar atau belum, ternyata belum. Keesokan harinya juga aku cek, ternyata belum juga, makin saja hati cemas takut nilai tak sesuai harapan. Sore harinya, saat belajar untuk ujian histologi. Tiba-tiba "Alhamdulillaaaaaaaaah!" teriak teman tetangga kamarku. "apa rad?!! Nilai anat udah keluar?" tanyaku cemas. "iya qi. Nilai anat nih, kita dapat B!!". Langsung mukaku memerah, ingin mneteskan air mata bahagia tapi segan, hanya terekspresi oleh sujud syukur dan hamdallahku saat itu. Terang saja aku amat merasakan nikmat bahagia yang Allah beri, membayangkan nilai sementaraku setelah situs Thoracis yang orang lain berkata situs paling mudah TAPI bagiku situs yang membuat nilaiku menjadi warna merah, artinya aku mendapat D saat itu. Masuk situs berikutnya walaupun nilaiku lebih baik, tetap tak mampu mendongkrak hingga "si merah" menjadi "hitam". Putus asa rasanya saat itu, belajarpun rasanya tak berhasrat. Bahkan saat mencapai situs terakhir aku sudah sangat pasrah rasanya "ya Allah seandainya nilai akhir anatomiku selamat dapat C saja, asalkan lulus, itu adalah ridho dan kuasaMu ya rabb". Dikala putus asa seperti itu, Allah memberikan setitik cahaya harapan yang membuat hati agak lapang, setelah ujian situs urogenital, situs terakhir. Akhirnya aku merangkak mendapat nilai C. Kemudian masuklah jadwal pre semester, disusul UAS, dan ujian ident besar. Sebisa mungkin ku kerahkan segala kemampuanku untuk setidaknya bertaham di nilai C, berharap tidak turun lagi. Qodarullah, Allah bahkan meridhoi aku mendapat nilai B di mata kuliah yang paling aku anggap mengerikan. Kembali pikiranku melayang pada segelas es jeruk 2 hari yang lalu. Pesan air bening, yang datang malah es jeruk. Kembali cakrawala pemikiran bermain dengan sebuah analogi. Dari segelas es jeruk aku mendapat hikmah bahwasanya Allah akan memberikan yang terbaik dari apa yang kita mohon dan usahakan. Bukan hanya sekedar apa yang kita ingin, tapi apa yang betul-betul kita butuh. Perlu lebih banyak pengorbanan memang, korban waktu, fisik, pikiran, mental, tapi itu semua memang harga yang harus dibayar mahal untuk hasil yang baik. Karena begitulah seninya kehidupan, yang membuat hidup never flat. Karena tak ada nikmatnya merebahkan diri jika tak ada lelah, tak ada nikmat senyum lega jika tak ada raut cemas, tak ada nikmat berada di puncak jika tak ada usaha untuk mendaki. Rencana Allah itu selalu indah jika kita mengindahkannya. Nasehat dari Imam Syafi'i "Bersabarlah, dengan sabar yang hanya sebentar saja", karena hidup hanya sebentar, bersabarlah dan ambil hikmah dari sabar itu. :)
Maha Besar Allah.