Rabu, 25 Desember 2013
Surgapun Kalah Tinggi
Sabtu, 21 Desember 2013
Aku dan Simfoni Bisu
Tatkala aku termenung, tak tahu apa yang harus kuperbuat, seolah detik, menit, jam, hari, bulan, bahkan tahun melambaikan tangannya, berlalu begitu saja. Padahal hati masih rindu, namun waktu tak kenal rindu, lambaian tangannya mungkin hal terakhir yang terlihat, tanpa memalingkan wajahnya. Ya benar! Waktu tak kenal rindu, karena itu dia takkan kembali.
Tatkala hati rindu akan waktu, tatkala hati ingin slalu bermesraan dengan waktu, tatkala hati ingin waktu selalu berarti, maka hanya kenangan yang tertinggal oleh waktu, tersimpan dalam laci ingatan yang kadang usang dan terlupakan.
Gajah mati tinggalkan gading, singa mati tinggalkan belang, waktu pergi tinggalkan kenangan bersama pemikiran besar yang tersimpan rapi namun fana, ikut tenggelam bersama raga yang takkan lagi mampu tuk rindukan waktu.
Aku takkan rela jika setiap kenangan, ide, pemikiran, serta perasaan yang tersimpan rapi dalam laci ingatanku ikut mati bersama raga yang fana ini.
Oleh karena itu, simfoni bisu menjadi saksi, simfoni tak bernada menjadi kemesraanku bersama waktu kala raga takkan mampu lagi rindukan waktu.
Bagiku, tulisan adalah simfoni bisu, tak dapat didengar namun indah dirasa. Dinamika kata layaknya nada yang terangkai syahdu, dinamis, sampaikan pekik pesan dari cakrawala pemikiran yang melanglangbuana mengarungi panggung megah orkestra kehidupan. Hingga jasad sudah tak nampak lagi, hingga akal tak dapat lagi bergaung, namun cakrawala pemikiran akan tetap bernyawa, mengalun indah bersama simfoni bisu.
Selagi kaki masih bisa melangkah, selagi tangan masih bisa berbuat, selagi mata masih bisa melihat banyak hal, selagi telinga masih bisa mendengar, dan selagi visi masih tak bertepi, akan kutapaki setiap jejak kehidupan nyata, akan kulihat banyak hal, akan kusimpan dalam sebuah laci ingatan, tertuang dalam simfoni bisu, penuhi coretan indah dalam kertas kosong kehidupan. Hingga suatu saat nanti raga tak disinggahi nyawa, namun pemikiran ini akan tetap hidup tertuang untuk diambil kebaikan darinya.
"Gajah mati tinggalkan gading, harimau mati tinggalkan belang, manusia mati tinggalkan pemikiran dan mimpi besar yang tetap hidup."
-fauzianrifqi-
Rabu, 11 Desember 2013
Ujung Pedang
"Demi masa. Sesungguhnya manusia ada dalam keadaan merugi. Melainkan orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, dan saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan kesabaran" (Q.S Al Asr : 1-3)
Tanpa kita sadari diri kita tersayat-sayat, teriris-iris bahkan terpotong-potong saat kita lupa bahwa waktu takkan menghentikan langkahnya.
Terbuai dengan nikmat duniawi, terhasut dengan pandangan semu, terayu dengan lambaian dunia yang fana, mengalihkan perhatian kita, sehingga kita lupa ada pedang tajam yang siap terhunus menebas leher kita setiap saat tanpa kita tahu kapan dan tanpa kita sadari.
Kita benar-benar dalam keadaan merugi, waktu terus berkurang tanpa kenal toleransi, waktu takkan menolehkan wajahnya tinggalkan ratapan sesal yang tak ada artinya.
Waktu terlalu berharga jika kita hanya biarkan berlalu tanpa ada arti di setiap guliran lenyapnya waktu, waktu terlalu berharga untuk hanya sekedar dihiraukan tanpa menggoreskan manfaat disetiap hilangnya waktu.
"Layaknya ujung pedang tajam yang terhunus ke leher yang siap tertebas kapanpun, itulah waktu" -Fauzianrifqi-
Senin, 09 Desember 2013
Kabut
Senin, 9 Desember 2013. Gerimis menyirami Semarang malam ini seperti malam-malam biasanya. Cukup melelahkan juga praktikum bebas anatomi hari ini, selain materi yang sulit, stres mental besok ujian iden anatomi juga menambah rasa lelah malam ini. 21.00 WIB akhirnya aku memutuskan untuk pulang karena lelag. Kulihat di luar laboratorium, tak seperti biasanya malam ini berkabut, tak setipis fascia scarpa, cukup tebal seperti fascia camper hingga aku harus menggunakan lampu jarak jauh pada motorku. Ku pacu 'si hitam nan tangguh' kesayanganku perlahan agar dingin tak terlalu menusuk, tapi tetap saja udara dingin sangat tak bersahabat malam itu, seolah aku ditelanjangi dari jaket tebal yang aku kenakan, dingin sekali.
Dikala kabut menyelimuti malam, udara dingin yang tak bersahabat, jalanan sepi layaknya rumah tak bertuan, kubayangkan seperti hati yang seolah jauh dari yang menganugerahkan perasaan. Gelap, semu, dingin, hampa tak dapat merasa. Terkadang aku pun berada dlm posisi itu saat aku lupa ada Yang Maha membolak-balikan hati, lupa merayu pada Yang Maha Besar yang memainkan benang kendalinya pada hati ini. Saat hati terasa jauh, layaknya aku memutuskan benang-benang kendali itu hingga hati ini terombang-ambing tanpa kendali. Dingin, hampa, gelap, terasa jauh dari dekapan hangat kasih Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Satu minggu kemarin entah kenapa aku terlalu lalai sebagai seorang hamba yang patutnya memuja pada Sang Maha Kuasa, hati terasa hampa, dingin, kosong, takut, hingga perasaan buruk sangka sering menerka jiwa. Hari ini aku tersadarkan oleh kabut yang Allah hadirkan selimuti malam ini, seolah diperlihatkan sebuah analogi keadaan hingga aku menyadari hatiku seperti keadaan malam yang dingin berkabut malam ini. "Astagfirullah" sambil ku elus dada, hari kemarin seolah aku tak mengenal diriku sendiri. Mulai kuikatkan lagi benang yang telah banyak terputus di hati ini untuk terhubung kembali pada Sang Pengendali hati. Sungguh Allah Maha pemberi petunjuk, pemberi signal yang harus kita fahami, bukan saja hanya dilihat tapi dimaknai. Sungguh banyak sekali petunjuk dan signal yang Allah tunjukan, tinggal bagaimana kita untuk mau memahaminya.
Wallahua'lam bisawab.
Senin, 25 November 2013
Hal Yang tak Asing
Dalam perjalanan kehidupan sudah tak asing lagi yang namanya keberhasilan dan kegagalan. Sudah seperti 2 mata koin yang berdampingan, kalau bukan keberhasilan berarti kegagalan. Setiap orang sudah akrab dengan kedua hal tersebut, terkadang bahkan terpaksa bermesraan dengan salah satu dari keberhasilan atau kegagalan.
Orang pernah berhasil, orang pernah gagal, tapi yang terpenting adalah bukan pada saat kita mendapat keberhasilan atau kegagalan itu.
Yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi setelah datangnya keberhasilan dan kegagalan itu. Apakah langkah kita akan terhenti pada rasa puas akan sebuah keberhasilan? Atau kita mensyukuri rasa puas itu kemudian melanjutkan langkah untuk menjemput keberhasilan-keberhasilan yang lainnya.
Apakah kita akan menghentikan langkah kita pada sebuah ratapan kegagalan? Atau memampukan diri untuk merubah kegagalan itu menjadi sebuah keberhasilan yang diharapkan.
Seringnya, rasa puas yang terlalu dini membuat pandangan yang tadinya menatap jauh, terlena hingga meredup. Rasa kecewa dan tak menerima kegagalan juga sering kali membuai diri hanya untuk meratap hingga rasa percaya diri dan daya juang meredup seolah mimpi telah menjadi beraian mutiara yang hancur dan tak bernilai.
Padahal Allah memberikan kapasitas diri pada manusia tak terduga bahkan tak terbatas dan bisa terus dikembangkan, anugerah tersebut tak sepadan jika terhenti hanya pada sebuah rasa puas yang imatur, atau terhenti pada ratapan kegagalan. Anugerah Allah tersebut seharusnya disyukuri dengan cara mengoptimalkannya, meraih keberhasilan-keberhasilan yang lain atau merubah kegagalan menjadi keberhasilan. Ketika kita menyerah dengan keadaan, ketika hati ragu pada diri, di sana lah letak rasa syukur yang amat rendah, di sana lah letak daya jelajah dan daya juang yang amat rendah.
Oleh karena itu, syukuri anugerah Allah berupa kapasitas diri dengan melangkahkan diri pada jalan yang tak ada batasnya, yang hanya Allah yang tau kapan batasnya.
Wallahu'alam bissawab.
never stop fighting

Mengenali diri sebagai manusia, mengenali diri sebagai insan yang bernyawa, mengenali diri sebagai suatu organisme yang tersusun dari susunan molekul yang Allah susun sedemikian rupa, serta mengenali diri sebagai seorang insan yang Allah anugerahkan pikiran untuk senantiasa beriman kepada-Nya tanpa sedikit keraguan, semua itu penting untuk kita lakukan agar kita tahu kemana kita akan membawa diri kita, agar kita tahu jalan mana yang harus kita lalui, dan bagai aliran air kita akan tahu kemana kita akan bermuara.
Pada akhirnya, sampailah manusia pada permuaraan yang takkan ada satupun manusia yang tahu kapan dirinya sampai ke permuaraan itu, dan di permuaraan itulah manusia menghitung perbekalan apa yang telah mereka kumpulkan untuk bekal di permuaraan itu.
Ikhtiar, daya juang tinggi, serta lillahita'ala dalam menjalani segala macam yang ada di dalam hiduo ini, insyaAllah kapanpun kita sampai pada permuaraan itu kita akan selalu siap, "because we never stop to fight!".
Selasa, 12 November 2013
Anak Kecil di Pangkuanku
Jumat, 08 November 2013
Hijrahku
Selasa, 05 November 2013
Pertolongan Allah itu Nyata (bagian I)
Minggu, 24 Maret 2013, hari itu adalah hari dimana aku menerima sebuah tawaran amanah untuk menjadi ketua pelaksana kegiatan rutin tahunan Gebyar Ramadhan 1434 H. Sempat ragu untuk menerimanya, karena pada saat itu aku merasa kapasitasku belum cukup mumpuni menerima amanah sebesar itu. Namun, dengan penuh pertimbangan dan saat itu tidak ada yang mau menerima amanah besar itu dan waktu pelaksanaan telah dekat, akhirnya aku menerima amanah tersebut.
"Bismillah, InsyaAllah saya akan melaksanakannya mas. Mohon bimbingannya" jawabku saat ditawari amanah oleh mas'ul ROHIS KU.
Ada yang berbeda dengan tahun lalu, kepanitian Gebyar Ramadhan tahun ini merupakan gabungan mahasiswa kedokteran dengan keperawatan serta gizi. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri dimana harus mengkoordinir mahasiswa yang memiliki kesibukan jadwal yang berbeda, sehingga pada awal kepanitian agak kewalahan juga dalam hal persiapan.
Hari berlalu, syuro demi syuro aku lewati bersama panitia inti kegiatan Gebyar Ramadhan, akhirnya susunan kegiatan sebulan kedepan telah berhasil disusun dan proposal siap untuk diajukan ke Dekanat sebagai legalitas pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan serta permohonan dana.
Tak semudah membalikan telapak tangan dalam persiapan dan pelaksanaan kegiatan ini, ada saja ujian yang muncul menerpa kami panitia Gebyar. Mulai dari persiapan, kegiatan perdana hingga kegiatan akhir selalu dihujani ujian-ujian bagai gelombang laut di segitiga bermuda.
Mulai dari masalah dana. Dana yang biasanya besar untuk kegiatan ini seperti tahun lalu, berbeda dengan tahun ini sangat minim sekali. Mesjid Asy syiffa yang biasanya sangat mendukung kegiatan secara materil, kali ini tak sanggup mendukung karena sedang mengalami krisis dana akibat pembangunan dan rehab masjid. Dana dari BAI RSUP Kariadi yang biasanya lancar, kini mandet karena sedang masa transisi kepengurusan.
Dana dekanat juga karena aturan dan lain sebagainya hingga cair nanti setelah selesai kepengurusan organisasi ROHIS KU 2012/2013, artiya dana tersebut seolah dana khayalan yang tak kami pegang untuk persiapan acara.
Astagfirullah, aku hanya mahasiswa berusia baru saja menginjak 18 tahun dua bulan yang lalu dan sekarang memegang amanah yang begitu besar dan seperti Mission Imposible nya milik Tom Cruis dengan berbagai pertaruhan keadaan.
Tak terasa waktu terasa cepat, mendekati acara Tarhib Ramadhan. H-7 kami panitia sama sekali belum memegang dana sepeserpun, padahal proposal sudah disebar. H-3 Allah memberikan pertolongannya melalui kemurahan hati Takmir Asy Syiffa dan BAI RSUP Kariadi yang mau memberikan bantuan untuk terlaksananya Tarhib Ramadhan, namun masih tetap kami panitia belum memegang dana sama sekali.
Tahukah kawan? hari H kami baru memegang dana bantuan untuk terlaksanya kegiatan Tarhib sebagai pembuka kegiatan-kegiatan lainnya selama bulan Ramadhan.
Dapat dibayangkan, aku sebagai ketua lari kesana-kemari mengurusi birokrasi ke Asy Syiffa lalu ke BAI untuk pencairan dana sejak H-7 hingga hari H. Tanpa pertolongan Allah aku takkan sanggup, tapi sungguh Allah maha Pengasih lagi maha Penyayang.
Tidak sampai di situ ternyata ujian yang harus kuhadapi. Beberapa jam sebelum pelaksanaan Tarhib, kami mendapat kabar bahwa Ustadz yang seharusnya mengisi tausyiah pada hari itu terjebak macet di perjalanan. Pukulan keras bagi kami panitia pada hari itu, padahal acara telah dimulai dengan tilawah serta sambutan-sambutan dari tamu undangan, namun sang ustadz masih jauh dari tempat pelaksanaan acara. Panitia kebingungan saat itu, badanku bergetar hebat, tanganku tak henti-hentinya bergetar, sontak mukaku memerah dan keringat mulai bercucuran. Saat itu hanya istigfar sebanyak-banyaknya yang bisa aku lakukan.
acara mulai molor terlalu lama, tamu undangan mulai dari ketua takmir Asy Syiffa, Ketua BAI, dokter-dokter RSUP serta peserta yang lain mulai gelisah dan bertanya-tanya kenapa acaranya belum dimulai juga.
Berserah, pasrah, menyerahkan segala urusan pada hari itu hanya pada Allah. Aku terduduk lemas sejanak, memejamkan mata menahan air mata yang terbendung sejak tadi. "Ya Allah ridhoi apa yang hamba lakukan, sungguh tak ada tujuan lain selain mengharap ridho-Mu" batinku menangis. Tapi satu hal yang aku yakini, Allah selalu punya rencana indah di balik semua yang terjadi.
Tak lama kemudian "Hei teman-teman ustadznya sudah sampai di gerbang RS Kariadi dan siap menuju mesjid" Teriak salah satu akhwat panitia Gebyar. Langsung aku berdiri dan berlari menghampiri mobil jemputan ustadz untuk menyambutnya.
"Alhamdulillah, mari tadz sudah di tunggu jama'ah" sambutku sambil menyalami ustadznya.
Sang Ustadz hanya mengangguk dan tersenyum sambil bergegas menuju Mesjid Asy Syiffa, seolah mengerti kepanikan yang terpancar dari wajahku.
Akhirnya acara hari itu terlaksana sampai kumandang adzan magrib berkumandang tausyiah ditutup dengan do'a yang indah untuk menyambut Ramadhan yang agung pada tahun ini.
To be Continue..
Senin, 04 November 2013
Obrolan kecil
A : "jomblo a?"
B : "single, itu prinsip hehe"
A : "tapi bukannya lebih mudah cari jodoh saat masa kuliah ya a, udah kenal deket, pas lulus langsung nikah"
B : "Mainstream ah, aa gak mau salah langkah lagi seperti yg lalu-lalu seperti 'cinta monyet' dulu."
A : "Kalo sekarang kira2 ada inceran?"
B : "lebih tepatnya sebuah rasa kagum sih, blm berani untuk dijadikan inceran, tapi hati sesikit-sedikit menyusun sebuah keyakinan, santai saja perjalanan masih panjang."
A : "si dia tau engga a kalo aa kagum ke dia?"
B : "sepertinya sih engga, toh aku gak pernah bilang"
A : "sudah sedekat apa? Sering komunikasi?"
B : "Aku sih nganggep dia sahabat dalam berbagi kebaikan, kita cukup sejalan, seringkali berbagi pemikiran-pemikiran menarik tentang suatu hal. Dlu sih waktu pertama deket cukup intens komunikasinya, tp akhir-akhir ini aku merasa perasaanku terlalu berlebih, mungkin dia juga merasakan hal yang sama, akhirnya aku memutuskan untuk agak merapatkan hijabku, untuk melindungi dia juga dari sesuatu hal yang belum pantas terjadi, cinta yang prematur takkan berhasil, masih terlalu dini bagiku juga baginya, masih sama-sama memantaskan diri. Tapi insyaAllah silaturahmi tetep terjaga kok."
A : "menurutmu dia gimana?"
B : "solehah itu yg paling membuat aa kagum, tangguh, semangat."
A : "hmmm.. Oke trus apa yg akan kamu lakukan selanjutnya?"
B : "Ketika aa siap, aku minta tolong untuk di antar ke bapanya ya pa, aku mau bicara langsung k bapanya :)"
A : "Itu baru namanya laki-laki, oke siap a nanti bapa antar, insyaAllah"
B : " :) "
A : "A, tapi sekolahmu kan lama, kalau tiba-tiba ada yang ngeduluin datang ke bapanya gimana?"
B : "....(diam lama)... :) berarti dia bukan jodohku pa, simple"
A : (tersenyum lembut, seolah mengerti ada rasa khawatir dari mataku, tapi senyuman itu berhasil membuat aku tenang)
Obrolan kecil yang menarik antara seorang anak laki-laki yang pertamakali curhat pada bapanya mengenai perempuan. Selama 18 tahun aku hidup, baru kali pertama ada obrolan kecil kepada bapa masalah seperti ini. Mungkin pertanda aku mulai dewasa hehe.
"Allah Maha Tahu apa yang hamba tak tahu, Allah punya rencana yang selalu indah ketika kita bersabar mengikhtiarkan hal indah yang Allah siapkan"
-FauzianRifqi-
Senin, 14 Oktober 2013
lentera
Tamparan Keras!
Minggu, 06 Oktober 2013
Kapasitas Diri

Minggu, 15 September 2013
Nilai
"Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". [QS Al Mujadillah : 11]
Dari Ayat tersebut dapat kita simpulkan bahwa sesungguhnya kriteria penilaian baik-buruk nya seseorang adalah dilihat dari akhlak dan ilmunya, dan dengan akhlak dan ilmu tersebut kita bisa menilai seberapa besar manfaat yang dapat diberikan bagi sekitarnya.
Jadi, janganlah takut pada penilaian manusia yang sesungguhnya itu tidak mutlak. Ingatlah bahwa manusia itu menilai dengan ketidaktahuannya, menilai hanya dari kulitnya saja tanpa tahu apa yang sebenarnya. Sedangkan Allah lah yang Maha Mengetahui segalanya.
Wallau'alam bisawab
Senja Datang, Akankah Pagi Menjelang
Minggu, 01 September 2013
Pemeran Utama
Jika memang itu terbaik, Allah tetapkan jalannya untuk ditapaki. Jika tidak, Allah tunjukan jalan yang lebih baik dan pasti terbaik. Manusia hanya menilai dengan ketidaktahuannya, sedangkan Allah Maha mengetahui.
Manusia hanya menerka apa yang baik baginya, manusia hanya mengira-ngira apa yang baik baginya dan belum tentu baik di hadapan Allah Yang Maha Mengetahui. Kehidupan adalah rahasia, benar-benar rahasia. Setiap manusia tidak ada yang tahu dimana dia akan dilahirkan, kemana dia akan diperjalankan, dan kapan dia akan mati dan tak ada tawar-menawar mengenai itu. Semua menjadi serangkaian kisah cerita tersendiri yang dikemas sedemikian rupa oleh Sang Sutradara agar manusia memainkan perannya, belajar dengan ketidaktahuannya.
Dan kita manusia yang dikaruniakan kehidupan, diizinkan memainkan peran, mau jadi pemeran seperti apakah diri kita? Apakah hanya memainkan peran sebagai figuran bagai laron-laron kecil yg beterbangan tanpa dihiraukan? Yang bahkan orangpun tak sadar akan keberadaannya, kehidupan yang hanya berjalan sesuai kodrat alam biasa, terasa singkat seolah lahir kemudiam tumbuh lalu mati begitu saja tanpa tinggalkan kesan dalam kisah yang telah disediakan.
Ataukah memainkan peran sebagai pemeran utama? Menjadi sorotan kamera disetiap adegan, mainkan peran dengan tinggalkan kesan mengagumkan dan menjadi inspirasi. Dan sudah pasti bahwa memainkan peran sebagai pemeran utama sangatlah berat, betapa berbagai ujian berat dalam kisah itu akan menimpa pada si pemeran utama, perjalanan hidup yang terasa begitu panjang nan terjal bagai jalan tak beraspal serta penuh lubang. Dan sudah barang tentu pendapatan si pemeran utama dengan figuran sangatlah jauh berbeda, si pemeran utama akan mendapat bayaran dengan harga sangat tinggi sedangkan figuran hanya alakadarnya.
Begitupun dengan kehidupan. Kehidupan adalah sebuah pilihan untuk dijalani. Sebuah pilihan yang akan menentukan bagaimana akhir perjalanan hidup masing-masing. Menjalani hidup alakadarnya tentu kan dapat alakadarnya, menjalani hidup dengan pnuh warna maka kita kan tau akhir yg akan didapat, sungguh kan istimewa di hadapan Allah.
Minggu, 18 Agustus 2013
Diamku, taatmu
Kala itu tak terasa kuncup bunga mulai bertumbuhan, seolah sejukan gersangnya hati. Setiap do’a, duka, bahagia menjadi sangat berarti kala itu, namun tetap tak kusadari apa sebenarnya yang sedang tumbuh dalam diri ini.
Mencoba membuka laci ingatan yang telah usang, membuat senyum kecil tak tertahan. Dahulu kala dipertemukan masih seperti lembaran-lembaran kosong yang belum terisi banyak oleh catatan kehidupan, masih sangat dini saat itu. Kamudian hari berlalu, lembaran kisah iringi perjalanan hidup, tuliskan kisah dilembaran kehidupan masing-masing, mencoretkan tinta dengan penuh warna mencari jati diri. Dan waktu itu pun tiba, raga dipertemukan kembali oleh waktu yang telah direncanakan oleh Sang Penguasa waktu. Cukup hanya sebentar saja kedua raga dipertemukan, walaupun begitu seolah hati temukan frekwensi yang sama dan terjadi resonansi yang begitu dahsyat kurasakan.
Tahukah sahabat? Ambisinya, dewasanya, cita-cita besarnya, kelembutan tutur dan hatinya, dan taatnya pada Allah serta diri yang selalu berhijrah dijalan-Nya membuatku sangat bersyukur Allah ciptakan dia di bumi ini. Sungguh rasa kagum ini hanya untuk-Nya yang telah menciptakan keindahan yang akan membuat bidadari-bidadari surga iri melihatnya.
Jarak menjadi hijab yang sangat berarti untukku dan untuknya, jarak berikan kami kesempatan untuk terus berhijrah pantaskan diri di hadapan-Nya. Hati ini tetap berada dalam diamnya, menghijabi diri untuk tak ungkapkan rasa hingga benar-benar pantas.
Layaknya kuncup bunga yang terus tumbuh, tak selamanya tumbuh dengan mudah, selalu ada hujan, angin, dan petir yang datang menggempur dan terus mencoba goyahkan. Begitu pula dengan diamku , rasa takut selalu hadir membisikan kebisingan yang gemuruhkan hati, rasa ragu yang selalu bebani langkah ini, sebuah “perasaan” yang terkadang tumbuh berlebih yang bisikan gombalan-gombalan manis beracun ke dalam hati. Tahukah? Betapa aku menahan hati ini, betapa aku membelenggu hati ini disetiap hati ini terbuai dalam pesona bisikan syetan tentang manisnya “Cinta” yang tak sepantasnya.
Tak terlewatkan di setiap sunyi malam kumerayu pada Sang penguasa hati yang mampu membolak-balikan hati sesuai kehendak-Nya, terlantun dalam untaian do’a setiap curahan hati yang berserah diri kagumi keindahan ciptaan-Nya. Terselip dalam setiap do’aku agar cinta dalam diam ini terjaga dalam tebalnya prinsipku juga prinsipnya. Disetiap tetes air mata dalam dekapan do’a, aku memohon tuk tetapkan hati kami berada dalam diam ini hingga kami pantas di hadapan-Nya, saling memberikan manfaat serta lengkapi coretan kisah di lembaran kehidupan dengan penuh ketaatan kepada Sang Penguasa Kehidupan, dan menjadikan semuanya menjadi “Kejutan” yang Allah rencanakan dengan begitu indahnya yang akan datang pada waktu yang tepat, dan semoga Allah sampaikan usia kami saat kami pantas.
Kuncup bunga yang memulai dirinya untuk tumbuh akan terjaga tetap tumbuh, disirami dengan ketaatan, dipupuk dengan keteguhan hati, dan dinanti bermekaran dengan kesungguhan hati dan kesabaran.
Karena cinta yang hakiki adalah bunga yang bermekaran dengan indah, menghiasi hamparan bumi, mengundang kupu-kupu cantik menambah keindahan, menebarkan harum beri kesejukan, hasilkan madu yang maniskan kehidupan. Semua akan terjadi tepat pada waktunya, tepat pada rencana indah-Nya, dan yang bersabar dan bersungguh-sungguh yang dapat memetik keindahan itu.
Sabtu, 17 Agustus 2013
Dalam Gelap
Ketika dunia seolah tak berpihak padamu, seolah udara yang sejuk justru mencekikmu, seolah cahaya justru gelapkan harapmu, dan setiap detik waktu berdenting seolah memburumu, saat itulah hatimu jauh dari yang Maha menguasai hati, saat itulah hatimu lupa tuk merayu kasih dari yang Maha mengasihi, saat itu hatimu lalai untuk mencintai yang Maha Penyayang. Renggangkan genggaman erat tanganmu perlahan, renggangkan kerutan dahi yang menyiksa diri, berserahlah, merayulah kembali kepada sang Penguasa Hati yang mampu membolak-balikan hati manusia.
Jumat, 16 Agustus 2013
Santapan
"disuatu masa muslim menjadi sebuah mayoritas, tapi bagai santapan yang siap diterkam musuh, karena apa? Karena 2 prnyakit , yaitu CINTA DUNIA dan TAKUT MATI"
Ketika Sabar berbuah manis
"Cinta dalam diam itu seperti kuncup bunga yang bermekaran menjadi begitu indah tepat pada waktunya, dan yang memetik bunga itu adalah orang yang sabar menunggu bunga itu bermekaran"
-Ketika sabar berbuah manis-
Kamis, 15 Agustus 2013
Laci ingatan
"membuka lembaran catatan di laci memori yang sudah usang, membuat senyum kecil tak tertahan, dahulu kala dipertemukan seperti lembaran kosong, hari berlalu lembaran kisah iringi perjalanan hidup masing2, dn dipertemukan kembali dan saling melengkapi coretan di lembar yang masih kosong meninggalkan sebuah kesan betapa rencana Allah itu indah."
-Laci ingatan-
Minggu, 11 Agustus 2013
Akankah layu?
Kala itu bunga bertumbuhan sejukkan gersangnya hati, namun tak kusadari
Kala itu setiap senyum, sedih, tawa menjadi sangat berarti, tetap tak kusadari
Bunga bermekar ditengah gurun yang bingung dan tak tersadari
Kala itu hujan, gelap, namun setelah itu pasti ada pelangi
Masih tetap aku tak mengerti bunga apa sebenarnya yang sedang tumbuh ini
Suatu ketika saat bunga itu bermekaran dengan begitu jelasnya, sedikit aku mulai memahami
Terbuai dalam angan, terbawa hembusan angin yang begitu getarkan dan sejukan hati
Ketika itu aku terpaku akan pesona ciptaan Allah yang begitu indahnya, bahakan mungkin membuat bidadari surga minder berdekatan dengannya
Dan setelah itu baru aku terbangun dari tidur panjangku, terbangun dari buaian indahnya angan, dan aku mulai bertanya
Inikah anugerah? ataukah ini adalah ujian untukku?
Dan kala itu aku terbangun dari perasaan yang terlalu berlebih, yang membuat hati ini terlalu bergetar, frekuensi yang sama terlalu membuat hati ini beresonansi, dan aku takut
Aku takut rasa ini membawaku lebih dalam lagi sedangkan aku belum pantas
Aku takut rasa ini runtuhkan prinsipku sedangkan aku belum pantas
Aku takut rasa ini membuaiku lebih dalam lagi hingga aku lupakan prinsipku
Aku takut karena kala ini terlalu berlebih, dan Allah tidak suka yang berlebihan
Tahukah? Betapa aku menahan hati ini
Apakah yang terjadi sekarang? Apakah aku harus membuang semuanya?
Bunga yang sudah memulai dirinya untuk tumbuh tak akan layu
Biarkan tetap tumbuh mengindahkan hati
Bunga yang bermekaran kembali kedalam kuncup, biarkan terjaga hingga pada waktunya bermekaran setelah pantas
Hijau, teduh, terjaga dalam kuncup, hingga bermekaran,berwarna pada waktu yang tepat
Selasa, 18 Juni 2013
Mimpi itu Jangan Realistis

Senin, 17 Juni 2013
Merubah Paradigma Konvensional tentang Dakwah

Jumat, 07 Juni 2013
Sederhana itu mempesona
Rabu, 22 Mei 2013
Brand New!!
Rabu, 13 Maret 2013
Diam dalam Taat
