Selasa, 05 Agustus 2014

Pelabuhan

Dalam sebuah pelayaran, banyak hal yang telah dilewati, banyak hal yang telah dilihat. Sampan sederhana ini akan terus melaju, memperbaiki dan terus membekali dirinya dengan melihat lebih banyak hal lagi. Mengarungi samudera yang begitu luas, terkadang ombak tak bersahabat melambung begitu tinggi menghempas sampan  ringkih ini, badai dan petir pun tak mau kalah tuk sering menyapa disetiap perjalanan ini. 
Namun, terkadang samudera begitu bersahabat, begitu tenang, angin sepoy menerpa  memberi kesejukan, mentari berseri memberi kehangatan, dan hamparan samudera biru dengan segala ciptaan Allah di dalamnya memberi suatu kesan bahwa perjalanan ini begitu dinamis dengan segala ujian dan kenikmatan yang menghampiri silih berganti. 
Samudera yang luas yang diarungin sampan sederhana ini menunjukan bahwa kita ini begitu kecil, terlalu kecil untuk menunjukan kesombongan, dan sebuah keniscayaan bagi kita untuk terus bersujud dengan segala apa yang kita punya kepada Sang Maha Besar. 
Sampan sederhanan ini terus melaju, tiada henti-hentinya melaju untuk terus memperbaiki dirinya sebelum berlabuh disebuah pelabuhan yang tepat. 
Allah anugerahkan radar untuk memancarkan frekwensi sonar yang tepat, terus-menerus pancarkan frekwensi hingga suatu hari radar sampan sederhana itu menangkap satu frekwensi yang samar-samar menciptakan resonansi hingga sampan ini ingin menghampiri arah datangnya frekwensi itu.
Dari kejauhan, kulihat sebuah pelabuhan, terlihat begitu nyaman untuk sampan ini berlabuh, pelabuhan yang sedang memperbaiki dirinya, merenovasi diri dengan begitu terlihat kesungguhan dalam sebuah perbaikan. 
Frekwensi yang selaras, lirih syahdu resonansi mulai meningkat menggetarkan sampan ini, hingga suatu hari sampan ini mencoba melabuhkan diri di pelabuhan itu. Semakin dekat sampan ini, semakin resonansi itu meningkat nyaris tak terkontrol. Tapi apalah daya, sampan ini masih belum cukup pantas untuk tunjukan resonansi itu, kuputar arah laju pelayaran sampan ini, berusaha menahan dirinya hingga tak terlihat sedikitpun resonansi itu, untuk selasaikan pelayarannya, menyelesaikan amanah yang diberikan ayah-bunda, hingga suatu hari nanti akan kulabuhkan sampan ini ke pelabuhan itu.
Akankah pelabuhan istimewa itu terima sampan sederhana ini untuk berlabuh? Masih tetap samakah frekwensi sampan ini dengan pelabuhan itu hingga ciptakan resonansi? 
Tahukah? betapa sampan ini mencoba tuk menahan dirinya, semoga begitupun pelabuhan itu.
tahukah? dari jutaan pelabuhan di dunia ini, frekwensi ini sungguh berbeda, resonansi ini sungguh nyata. Wallahu 'alam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar